Cari Blog Ini

Gambar tema oleh Storman. Diberdayakan oleh Blogger.
Tampilkan postingan dengan label 2015. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label 2015. Tampilkan semua postingan

[Review] Guru Bangsa HOS Tjokroaminoto: Biopik Memukau Dan Megah Dari Garin Nugroho

- Tidak ada komentar


#Description:
Title: Guru Bangsa: HOS Tjokroaminoto (2015)
Casts: Reza Rahadian. Tanta Ginting, Ibnu Jamil, Ade Firman Hakim, Deva Mahenra, Putri Ayudya, Alex Abbad, Chelsea Islan, Christoffer Nelwan, Maia Estianty, Christine Hakim, Didi Petet, Alex Komang, Sujiwo Tedjo
Skenario: Erik Supit. Ari Syarif, Garin Nugroho
Produser: Christine Hakim, Dewi Umaya Rachman, Sabrang Mowo Damar Panuluh, Didi Petet
Director: Garin Nugroho
Studio: Picklock Films, MSH Films, Yayasan Keluarga Besar HOS Tjokroaminoto


#Synopsis:
Setelah lepas dari era tanam paksa di akhir tahun 1800, Hindia Belanda (Indonesia) memasuki babak baru yang berpengaruh ke kehidupan masyarakatnya. Yaitu dengan gerakan Politik Etis yang dilakukan oleh pemerintah Belanda. Tetapi kemiskinan masih banyak terjadi. Rakyat masih banyak yang belum mengenyam pendidikan dan kesenjangan sosial antar etnis dan kasta masih terlihat jelas.
Di saat itulah muncul sosok Raden Oemar Said Tjokroaminoto (Reza Rahadian) atau kemudian lebih dikenal dengan Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto, yang lahir dari kaum bangsawan Jawa dengan latar belakang keislaman yang kuat. Ia tidak diam saja melihat kondisi tersebut. Walaupun lingkungannya adalah keluarga ningrat yang mempunyai hidup nyaman dibandingkan dengan rakyat kebanyakan saat itu. Hatinya merasa terbelenggu.
Ia berani meninggalkan status kebangsawanannya dan bekerja sebagai kuli pelabuhan untuk merasakan penderitaan sebagai rakyat jelata. Tjokro berjuang dengan membangun organisasi Sarekat Islam, organisasi resmi bumiputera pertama yang terbesar, sehingga bisa mencapai 2 juta anggota. Ia berjuang untuk menyamakan hak dan martabat masyarakat bumiputera di awal 1900 yang terjajah.
Perjuangan ini berbenih menjadi awal-awal lahirnya tokoh dan gerakan kebangsaan. Tak lama setelah menikah dengan Suharsikin (Putri Ayudya), Tjokro pindah ke Surabaya dan dari situlah perjuangannya semakin berkembang. Tjokro yang intelektual, pandai bersiasat, mempunyai banyak keahlian, termasuk jago silat, ahli mesin dan hukum. Ia juga penulis surat kabar yang kritis, orator ulung yang mampu menyihir ribuan orang dari mimbar pidato.
Apa yang dilakukan Tjokro membuat pemerintah Hindia Belanda khawatir. Mereka mulai bertindak untuk menghambat laju gerak Sarekat Islam yang sangat pesat. Perjuangan Tjokro lewat organisasi Sarekat Islam untuk memberikan penyadaran masyarakat, dan mengangkat harkat dan martabat secara bersamaan, juga terancam oleh perpecahan dari dalam organisasi itu sendiri.
Rumah Tjokro di Gang Peneleh, Surabaya, terkenal sebagai tempat bertemunya tokoh-tokoh bangsa Indonesia kelak. Salah satunya adalah Haji Agus Salim (Ibnu Jamil) yang juga merupakan tokoh pergerakan nasional Indonesia. Di rumah sederhana yang berfungsi sebagai rumah kos yang di bina oleh istrinya, Suharsikin. Tjokro juga mempunyai banyak murid-murid muda yang pada akhirnya mempunyai jalan perjuangannya masing-masing.
Mereka meneruskan cita-cita Tjokro yang mulia untuk mempunyai bangsa yang bermartabat, terdidik, dan sejahtera. Salah satu muridnya di Peneleh adalah Bapak Proklamator Indonesia, Soekarno (Deva Mahenra). Hubungan keduanya cukup dekat, bahkan sempat menjadi keluarga. Soekarno alias Koesno pernah menikah dengan salah satu anak Tjokro, Utari. Tapi perkawinan hanya bertahan selama sekitar dua tahun dan kemudian berpisah.
Saat istrinya menderita sakit, Tjokro tetap berusaha untuk meneruskan perjuangannya meski terancam masuk penjara. Di sisi lain, beberapa murid didiknya seperti Semaoen (Tanta Ginting), Musso (Ade Firman Hakim) dan Kartosuwiryo membelot dan keluar dari Sarekat Islam dan mendirikan partai baru yang menjadi cikal bakal Partai Komunis Indonesia (PKI).


#Review:
Guru Bangsa Tjokroaminoto berkisar seputar perjuangan Tjokroaminoto bersama organisasi Sarekat Islam yang dipimpinnya juga irisan ideologinya dan keputusan-keputusannya terhadap para murid dan rekanny. Karena film ini berlatar sejarah, maka sulit mengupasnya tanpa melalui kacamata sejarah pula. Sangat tampak, film ini disajikan secara utuh dan 'fair'. Tjokroaminoto, terlepas dari jasa besarnya, bahkan diagung-agungkan sebagai Raja Jawa tanpa Mahkota dan satrio ia didudukkan secara baik dan bukannya dengan potret diri yang negatif atau terlalu positif, tetapi memang apa adanya. Tjokroaminoto bukan dewa, bukan orang maksum. Ada banyak konflik pasang surut dalam perjalanan hidupnya semasa memimpin Sarekat Islam yang dirangkum secara apik selama 160 menit. 



Sekalipun namanya diabadikan sebagai identitas jalan-jalan raya, kenyataannya banyak mereka yang kurang akrab dengan sejarah bangsa ini yang tak tahu menahu soal beragam jasa yang telah ditorehkan oleh Hadji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto untuk melepaskan Indonesia dari cengkraman Belanda yang terlanjur kuat sekaligus membawanya pada kejayaan.
Kisah dimulai dengan Tjokro kecil yang dimainkan dengan apik oleh Christoffer Nelwan yang melihat penderitaan pekerja-pekerja perkebunan kapas yang dianiaya oleh mandor-mandor Belanda. Kegelisahan Tjokro terhadap keadaan juga diperlihatkannya di sekolah, dimana dia berani berdebat dengan guru Belanda totok. Sementara itu narasi-narasi agama Islam yang kuat tentang “hijrah” pada akhirnya berperan membentuk karakter dan kesadaran Tjokro terhadap posisi pribumi terhadap kolonial. Dan ketika beranjak dewasa, Tjokro pun mulai bertindak.
Era dimana Tjokroaminoto tumbuh besar adalah era fajar baru dimana politik etis Kolonial mulai melahirkan elit-elit pribumi yang “tercerahkan”. Tjokro adalah salah satunya. Selain itu, gagasan baru tentang nasionalisme dan pan-islamisme mulai bertumbuh di Hindia Belanda (Indonesia). Tjokro yang sedari awal sudah melihat potensi Islam Nusantara sebagai pemersatu lalu “hijrah” ke Surabaya. Di sanalah semua kisah perjuangan bermula. Dari bertemu Haji Samanhudi pendiri Sarekat Dagang Islam (SDI), mengumpulkan pengikut, mengubah “Sarekat Dagang Islam” menjadi “Sarekat Islam (SI)”, mengganti blangkon dengan peci, hingga bersama pengikutnya menentukan arah perjuangan. 




Judul “Guru Bangsa” sendiri bisa dijabarkan secara harafiah. Rumah Tjokro bersama istrinya di Gang Paneleh Surabaya seolah menjadi inkubator bagi calon-calon tokoh perjuangan bangsa kedepan. Mulai dari Agus Salim muda, Semaoen, Dharsono, Musso, hingga Kusno (Soekarno) yang masih culun namun antusias. Gagasan-gagasan baru selain pan-islamisme-nya Tjokro juga mulai berbenih. Terinspirasi dari Revolusi Bolshevik Russia, Semaoen dan kawan-kawan mencoba mengubah arah SI menjadi lebih revolusioner dan radikal. Sejarah mencatatnya sebagai “SI Merah” yang berfokus pada perjuangan kelas-kelas pekerja pribumi yang tertindas untuk merebut haknya.
Pendekatan Garin Nugroho kali ini sedikit teatrikal (dalam arti positif) dibandingkan film biopic sebelumnya yang ia garap. Sosok Tjokroaminoto benar-benar jadi inti cerita dalam film ini. Selain lakon-lakon utama, adegan para kawula-jelata dan tokoh-tokoh semi-fiksi juga banyak porsinya. Stella yang diperankan oleh Chelsea Islan yang merupakan gadis campuran Bali-Belanda yang terpaksa berjualan koran karena ayahnya seorang Belanda tulen di deportasi ke negeri asal nenek moyang nya, dan ibunya seorang Nyai Jawa yang hanya berstatus wanita simpanan, tidak mampu membesarkannya, karena tidak kuat menghadapi tekanan publik akibat menyandang status sebagai seorang "Kafir" dan diceritakan juga sebagai pengagum Tjokroaminoto juga mencintai tanah pribumi.




Lalu ada karakter-karakter komikal seperti Bagong lelaki cebol sahabat Stella, Mbok Tun pembantu di Rumah Paneleh yang cerewet dan doyan mengeluh, Cak Kartolo seniman ludruk, Si Dasi Kupu-kupu, Jenderal Stoom, dan juga ada serombongan seniman Belanda yang punya gedung pertunjukan di Surabaya dan suka membawakan seni pertunjukan barat seperti teater dan ballet. Christine Hakim, artis kawakan yang super terkenal itu, muncul sebagai Mbok Tambeng, kolega Mbok Tun di dapur Rumah Paneleh. Mereka adalah Tokoh-tokoh fiksi yang membawa keceriaan dalam keseriusan.
Sulit untuk tidak dibuat terpesona terhadap film ini. Ciri khas Garin yang berpuitis ria memang masih menonjol kuat di sini. Tak hanya itu saja, Garin sangatlah detail untuk urusan setting lokasi, tempat, hingga properti. Suasana awal tahun 1900an berhasil tersaji dengan amat baik disepanjang film. Deretan trem, mobil klasik, kereta api kuno yang kinclong dan masih berfungsi, setting rumah zaman dulu, hingga replika Oranje Hotel dihadirkan dengan sempurna oleh Garin.




Letak kekuatan berikutnya dari Guru Bangsa Tjokroaminoto berada pada jajaran pemainnya yang sungguh apik dan cemerlang. Tidak perduli seberapa jenuhnya anda melihat Reza Rahadian bermain dalam deretan Film Indonesia akhir-akhir ini (Ya! Dia ada dimana-mana) namun tak dipungkiri bahwa beliau adalah salah satu aktor terbaik yang dimiliki Indonesia saat ini. Mulai dari Habibie dalam film HABIBIE & AINUN (2012), Aziz yang kejam namun rapuh dalam film TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK (2013), Satrio yang nyeleneh dalam film KAPAN KAWIN? (2015), Donald Pandiangan dalam film 3 SRIKANDI (2016) hingga yang terbaru sebagai Bossman yang super menjengkelkan dalam film MY STUPID BOSS (2016). Reza selalu memberikan performa terbaiknya ditiap film yang ia mainkan. Kali ini pun ia sebagai sosok tokoh bangsa, mampu memerankan Tjokro dengan baik. Gesture dan gaya berbicara Tjokro ditampilkan dengan apik. Konon Reza mendalami karakter Tjokro ini hasil interpretasi dirinya sendiri usai mendalami sosok Tjokro hanya dalam bentuk cerita, sejarah dan foto saja. 





Sebagai generasi aktor aktris muda, penampilan pemain lainnya seperti Tanta Ginting, Ibnu Jamil, Ade Firman Hakim, Deva Mahenra, Putri Ayudya, Alex Abbad, Chelsea Islan, Christoffer Nelwan, dan Maia Estianty tampil memberikan performa terbaiknya. Bahkan aktor-aktris senior langganan Piala Citra macam Christine Hakim, Didi Petet, Alex Komang hingga Sujiwo Tedjo rela "turun kelas" berada dideretan pemeran pendukung, namun beruntung penokohan yang mereka perankan tetap "kuat berkarakter". Tak heran jika ensemble cast Film GURU BANGSA: HOS TJOKROAMINOTO ini mendapat penghargaan ENSEMBLE CAST TERBAIK dalam ajang Indonesian Movie Actor Awards 2016. Tak hanya itu saja, film ini juga meraih berbagai macam penghargaan lainnya seperti FILM, PENATA ARTISTIK DAN KAMERA TERPUJI dalam Festival Film Bandung 2015, SINEMATOGRAFI, PERANCANG BUSANA DAN ARTISTIK TERBAIK dalam Festival Film Indonesia 2015, FILM BIOSKOP TERPILIH dan ENAM PENGHARGAAN lainnya dalam Piala Maya 2015.




Tidak sekadar bermain-main pada tampilan visual yang menonjolkan kesan ‘mahal’ tetapi juga memiliki kemampuan untuk mempermainkan emosi penonton yang secara bergantian menciptakan rasa tawa, tegang, hingga meneteskan air mata utamanya pada menjelang film usai saat kalimat termasyhur dari Tjokro dikumandangkan lalu ditutup oleh epilog berwujud kumpulan foto lawas yang membuat siapapun merinding terharu. 




[9/10Bintang]

[Review] The Danish Girl: Another Incredible Performance From Eddie Redmayne

- Tidak ada komentar

#Description:
Title: The Danish Girl (2015)
Casts: Eddie Redmayne, Alicia Vikander, Adrian Schiller, Amber Heard, Emerald Fennell, Henry Pettigrew, Claus Bue, Ben Wishaw, Richard Dixon
Director: Tom Hooper
Studio: Focus Features, Artemis Pictures


#Trailer:

Official Trailer The Danish Girl (2015)


#Synopsis:
Ini kisah tentang sepasang suami istri yang berprofesi sebagai seniman pelukis. Mereka adalah Einar Wegener (Eddie Redmayne) dan Gerda Wegener (Alicia Vikander). Keduanya telah menikah selama 6 tahun namun belum dianugerahi momongan. Tapi mereka tak pernah mengeluh, mereka selalu terlihat bahagia dengan aktivitas mereka sebagai seorang seniman lukis.
Einar terkenal akan lukisan-lukisan alamnya, sedangkan Gerda terkenal akan lukisan-lukisan manusianya. Suatu hari, keadaan ekonomi keduanya dilanda krisis. Bahkan lukisan karya Gerda selalu ditolak oleh beberapa galeri untuk dipamerkan.
Tak mau menyerah, Gerda kemudian selalu memperbaiki lukisan-lukisannya. Suatu hari, ketika proses melukis seorang model bernama Elsa (Emerald Fennell) dengan mengenakan gaun indah berwarna biru, sang model datang terlambat. Padahal lukisan itu hampir 100% rampung. Karena tak mempunyai model lain, Gerda meminta bantuan pada suaminya untuk menggantikan Elsa sebagai model lukisan. Awalnya Einar menolak permintaan istrinya itu karena risih harus mengenakan stocking sang model tapi demi rasa cinta, Einar akhirnya mau menjadi model istrinya itu.
Suatu hari, Gerda mendapatkan undangan ke sebuah pesta dari Elsa. Gerda sudah bosan menghadiri pesta dengan sang suami. Ia kemudian iseng meminta sang suami untuk merubah penampilannya sebagai seorang perempuan. Demi sang istri, Einar selalu menuruti keinginan istri tercintanya itu.
Einar terus dilatih oleh sang istri untuk bisa menjadi perempuan. Einar diajari cara berjalan, cara berpakaian, atitude hingga merias wajah. Malam pesta pun tiba. Einar berhasil disulap menjadi seorang wanita cantik bernama Lily Elbe. Nama itu diberikan langsung oleh Elsa dan Gerda pada saat Einar menjadi model menggantikan Elsa pada waktu itu.
Semua mata tertuju Lily Elba. Mereka terpukau dengan kecantikan Lily. Gerda dan Elsa hanya bisa tersenyum dan tertawa melihat Einar kini berubah menjadi wanita cantik bernama Lily. Hingga seorang pria bernama Henry (Ben Wishaw) tertarik dan jatuh hati pada Lily. Einar sangat shocked ketika Henry berusaha menggodanya. Ia kemudian berhasil menghindar berkat bantuan sang istri dan langsung pergi meninggalkan pesta itu.
Gerda dan Einar kemudian memutuskan untuk menghentikan penyamaran Einar sebagai Lily Elba. Namun disisi lain lukisan-lukisan Gerda yang menggambarkan sosok Lily malah laku dipasaran dan disukai pecinta lukisan didunia. Tak hanya itu saja, didalam hatinya Einar muncul sebuah rasa nyaman ketika ia menjadi Lily. Muncul sebuah problematika diantara pasangan suami istri ini. Berbagai cara mereka lakukan untuk menghilangkan jati diri Lily pada diri Einar. Namun hasilnya selalu gagal. Jati diri Lily Elba semakin menguat pada diri Einar dan Einar malah lebih memilih ingin menjadi Lily daripada Einar.
Seiring berjalannya waktu, Gerda mau tak mau harus menerima pilihan yang dipilih oleh Einar. Bagaimanakah akhir kisah dari pasangan suami istri ini?


#Review:
Film-Film yang masuk deretan nominasi Oscar dan Golden Globe tahun 2016 sudah mulai tayang regular di beberapa bioskop dunia. Salah satunya adalah THE DANISH GIRL (2015) yang mempunyai kekuatan pada segi cerita dan pastinya para pemain.
Eddie Redmayne lagi dan lagi memberikan penampilan mengesankannya setelah beliau bermain dalam LES MISERABLES dan THE THEORY EVERYTHING. Beliau begitu MENJIWAI memerankan sosok perempuan bernama Lily Elba. Totalitas yang ia tampilkan sangat layak masuk deretan Nominasi Aktor Terbaik di Oscar maupun Golden Globe. Secara mengejutkan, Alicia Vikander juga memberikan penampilan memukaunya memerankan istri dari Einar. Ketegaran, ketabahan dan kepasrahannya sangat tampil meyakinkan banget. She's will be the next superstar in the future.
Dari segi sinematografi pun THE DANISH GIRL (2015) memberikan visual yang grande dan cantik. Sang cinematographer berhasil memvisualkan spot-spot indah di Eropa dengan gaya Instagram-able abis! Musik scoring yang mengiringi THE DANISH GIRL pun mengalun dengan indahnya disepanjang film.
Overall secara keseluruhan, THE DANISH GIRL memuaskan! Jajaran pemain adalah yang terbaik difilm ini!


[8.5/10Bintang]

[Review] Ip Man 3: Penutup Perjalanan Master Kung Fu Wing-Cun Yang Memukau

- Tidak ada komentar


#Description:
Title: Ip Man 3 (2015)
Casts: Donnie Yen, Zhang Jin, Mike Tyson, Lynn Xiong, Patrick Tam, Danny Chan, Kent Cheng, Kai-Chung Cheung, Babyjohn Choi, Sarut Khanwilai, Meng Lo
Director: Wilson Yip
Studio: Pegasus Motion Pictures, Dreams Salon Entertainment, Starbright Communications


#Trailer:

Official Trailer Ip Man 3 (2015)


#Synopsis:
Hongkong, Tahun 1959. Ip Man (Donnie Yen) sang Master Kung Fu Wing-Cun telah hidup tentram dan bahagia bersama sang istri tercinta, Cheung Wing Sing (Lynn Xiong) dan anak laki-lakinya. Ketenangan yang dirasakan oleh Ip Man harus terusik oleh gerombolan disekitar tempat tinggal Ip Man yang berencana membeli dan menggusur sekolah setempat dimana anak dari Ip Man bersekolah disana.
Gerombolan yang dikomandoi oleh Ma-King Sang (Patrick Tam) dan dipimpin oleh Bos Frank (Mike Tyson) ini terus berusaha sekuat tenaga untuk bisa mendapatkan sekolah tersebut dengan berbagai cara termasuk berencana untuk menghabisi Ip Man yang selalu menghalangi niat mereka.
Ip Man yang tidak tinggal diam dan selalu melindungi keamanan sekolah itu kini mendapat perhatian dari penduduk sekitar dan media massa setempat.
Hingga suatu hari, Ip Man berhasil menggagalkan rencana pembakaran gedung sekolah oleh gerombolan Ma-King Sang dengan bantuan Cheung Tin-Chi (Zhang Jin), seorang pemuda yang mahir Kung Fu Wing-Cun yang berprofesi sebagai penarik becak dan petarung jalanan yang sering jadi bahan perjudian. Dan kebetulan juga, anak laki-laki dari Cheung Tin-Chi adalah teman sekelas dari anaknya Ip Man.
Melihat kemampuan Cheung Tin-Chi yang hampir sejajar dengan kemampuan Ip Man, Ma-King Sang berusaha membujuk Cheung Tin-Chi untuk membantunya melenyapkan Ip Man. Dengan iming-iming imbalan yang besar, Cheung Tin-Chi akhirnya bersedia membantu gerombolan Ma-King Sang. Namun, didalam hati kecilnya Cheung Tin-Chi, ia juga sudah mempunyai ambisi ingin menjadi bahkan bisa merebut gelar Master Kung Fu Wing-Cun milik Ip Man dan membuka sekolah Kun Fu Wing-Cun sendiri.
Ditengah situasi yang sedang kacau, Cheung Wing-Sin di diagnosis terkena kanker. Ia awalnya berusaha untuk tidak memberitahukan pada Ip Man, namun karena insiden penculikan anak semata wayang mereka, akhirnya Ip Man mengetahui apa yang sedang dialami oleh sang istri tercinta.
Ip Man juga manusia mempunyai hati dan perasaan. Ia tak mau lagi meninggalkan keluarga kecilnya ini.
Lalu, bagaimanakah akhir dari kisah Master Kung Fu Wing-Cun ini?




#Review:
Untuk pertama kalinya gue menonton film Asia di layar bioskop. Alasan utama kurang tertarik terhadap film-film Asia (terutama, Thailand, Hongkong, Korea, China dan Jepang) adalah faktor bahasa. Karena mayoritas deretan judul film tersebut menggunakan bahasa lokal, bukan bahasa Inggris. Namun, ternyata hal tersebut tidak menjadi masalah jika cerita dan jajaran pemainnya memberikan hasil terbaik. Terbukti beberapa tahun ini gue selalu dibuat jatuh cinta oleh film-film Thailand produksi GTH Pictures. Dan kali ini IP MAN 3 (2015) yang merupakan film China pertama yang gue tonton di bioskop berhasil membuat gue jatuh cinta dengan jalan ceritanya.
Jalan cerita dengan intense ketegangan yang terus memuncak hingga akhir film berhasil dikemas dengan baik ditambah dengan adegan menguras emosi yang lumayan jempolan. Sang penulis skenario berhasil "memanusiakan" sosok Ip Man lewat adegan drama keluarga yang dihadirkan. Klimaksnya mungkin saat adegan sang istri di diagnosis terkena kanker. Sosok Ip Man yang merupakan "superhero" pada saat itu, kini memperlihatkan kalau dirinya hanyalah seorang manusia biasa, seorang ayah sekaligus seorang suami yang cinta akan keluarga. Donnie Yen tampil luar biasa sebagai seorang Ip Man. Ia tampil tenang, berwibawa dan baik hati.
Tak hanya itu saja, rival-rival dari Ip Man juga mendapatkan jatah cerita yang tidak boleh disepelekan. Mike Tyson sang legenda tinju dunia cukup berhasil memperlihatkan kemampuan berkelahinya dengan Donnie Yen meskipun aktingnya sangat terlihat akting banget kalau menurut gue. Tak hanya mereka berdua saja, sosok Cheung Tin-Chi yang diperankan Zhang Jin juga diberikan porsi cerita yang baik dengan motif / alasan yang kuat ketika ingin menantang Ip Man.
Namun, keberagaman jatah cerita yang diberikan, membuat salah satu dari cerita tersebut mau tak mau harus menggantung. Hal itu cukup terasa ketika gue menontonnya. Fokus cerita yang diparuh pertama sepertinya menjadi menggantung dan tak jelas apakah sudah selesai atau belum.
Hal yang harus diacungi jempol pastinya adegan martial arts nya. Para pemain berhasil mempertontonkan aksi seni bela diri yang memukau dan detail. Hal itu semakin sempurna dengan pengambilan gambar yang ciamik serta efek slowmotion dibebera bagian yang gila keren abis!
Overall, secara keseluruhan gue suka IP MAN 3. Namun sayang, konon katanya ini adalah series penutup untuk film IP MAN. What a perfect and great farewell party Master Ip Man! :')


[8/10Bintang]

[Review] The Intern: Pengalaman Hidup Memang Takkan Pernah Menua

- Tidak ada komentar




#Description:
Title: The Intern (2015)
Casts: Robert De Niro, Anne Hathaway, Rene Russo, Anders Holm, JoJo Kushner, Andrew Rannells, Adam Devine, Zack Pearlman, Jason Orley, Christina Scherer, Nat Wolff
Director: Nancy Meyers
Studio: Warner Bros Pictures, Waverly Films


#Trailer:

Official Trailer The Intern (2015)


#Synopsis:
Ben Whittaker (Robert De Niro) adalah seorang pensiunan perusahaan pembuat buku telepon. Orangnya disiplin, rapi, telaten, baik hati, perhatian dan tipikal orang yang sangat sulit dijumpai di zaman sekarang. Menginjak usia kepala tujuh, Ben mulai merasa bosan menjadi pensiunan dan ingin kembali bekerja. Kesempatan untuk kembali bekerja datang ketika Ben tak sengaja menemukan info lowongan kerja di sebuah perusahaan online-shop fashion bernama About The Fit.
Founder dari About The Fit adalah Jules Ostin (Anne Hathaway). Wanita karier yang terkenal tegas, tak kenal basa-basi dan anti terhadap orang yang tak bisa berkedip ketika berbicara ini merupakan ibu dari satu orang anak perempuan menggemaskan bernama Paige (JoJo Kushner) dan istri dari Matt (Anders Holm).
Yang jelas, Jules mempunyai passion yang sangat tinggi pada pekerjaannya. Terbukti, hanya dalam waktu 18 bulan, perusahaan yang ia bangun dari nol, kini telah mempunyai ratusan karyawan dan selalu mendapatkan target penjualan yang tinggi.
Ben kemudian ditugaskan menjadi bawahan dari Jules. Awalnya Jules menolak Ben menjadi karyawan magang bawahannya lantaran Ben termasuk kategori "orang sangat baik" dan faktor usia juga. Namun, ketika Jules menyadari ketulusan yang Ben berikan dalam bekerja, Jules menjadi tak bisa lepas dari Ben. Hingga tak membutuhkan waktu lebih lama, Ben berkenalan dengan keluarga kecil Jules.
Di tempat kerja yang mayoritas anak-anak muda, dengan segala pengalaman yang Ben punya, Ben menjadi panutan. Khususnya Jason (Adam Devine), Davis (Zack Pearlman), Cameron (Andrew Rannells) dan Becky (Christina Scherer).
Seiring berjalannya waktu, ditengah kesibukannya sebagai seorang wanita karier, Jules juga harus menghadapi beberapa permasalahan khas wanita karier. Apakah pengalaman segudang yang dimiliki oleh Ben mampu membantu mengatasi semua permasalahan yang dialami bosnya itu?

#Review:
Film THE INTERN (2015) ini tidak lah berat. Justru mengalir dengan indah, hangat dan penuh dengan kegembiraan. Jalan cerita yang menarik diikuti ditambah dengan jajaran pemain yang menampilkan penampilan terbaiknya memberikan suasana film THE INTERN ini sungguh manis.
Chemistry jempolan dan natural sangat berhasil dipertontonkan oleh Robert De Niro dan Anne Hathaway. Another DEVIL WEARS PRADA maybe. She's always perfect!
Tak hanya itu saja, Scoring musik serta setting lokasi di film THE INTERN ini tampak sempurna dan indah. Cerminan dunia zaman sekarang yg nyaris sempurna mungkin tergambar jelas disini. Tata kostum pun tak ketinggalan. Para pemain tampak begitu modis dan fashionable.
Konflik-konflik ringan pun berhasil disajikan dengan amat baik dan penuh dengan solusi yang sederhana. Anne Hathaway kembali memberikan penampilan terbaiknya diending film dengan part menguras air mata yg mengesankan.
Overall, THE INTERN is full of heartwarming about job, love, family and thats true, experience is never getting older.

[8.5/10Bintang]

[Kaleidoskop] 13 Film Indonesia Paling Berkesan Di Tahun 2015

- Tidak ada komentar


Usai sudah tahun 2015. Tahun dimana beberapa Film Indonesia mendapat apresiasi tinggi baik dari para dewan juri di beberapa penghargaan film hingga para penonton yang dimana meraih jutaan penonton ketika tayang di Bioskop.
Menurut data filmindonesia.or.id, wikipedia dan Festival Film Indonesia, total judul Film Indonesia yang dirilis pada tahun 2015 kemarin mencapai 110-an judul Film Indonesia. Dari ratusan judul tersebut, beberapa diantaranya sudah gue tonton. Meskipun intens nonton Film Indonesia pada tahun 2015 sedikit menurun dibandingkan tahun 2014. Sesuai dengan angka favorit gue, 13 berikut adalah tiga belas Film Indonesia Paling Berkesan Di Tahun 2015 Versi Gue:




Bercerita tentang empat wanita yang mempunyai problem dimana penghasilan mereka lebih tinggi dibandingkan para suami mereka. Dimainkan dengan apik oleh Carissa Puteri, Zaskia Adya Mecca, Tika Bravani & Natasha Rizki. Film arahan Hanung Bramantyo ini sukses menghadirkan komedi yang cukup segar khas Film Jomblo (2006) tentang kehidupan sehari-hari beberapa rumah tangga yang pastinya related dengan dunia nyata. [9.5/10Bintang]




Setelah ditunda perilisannya beberapa tahun, akhirnya Film drama politik arahan sutradara Rahabi Mandra yang berkolaborasi dengan Hanung Bramantyo ini rilis dibioskop pada 26 Februari 2015. Cerita fiktif tentang situasi politik menjelang pemilu presiden Indonesia ini begitu jelas menggambarkan bahwa dunia politik itu sungguh kejam. Dengan jajaran pemain yang sudah tak diragukan lagi, Film 2014: Siapa Diatas Presiden? ini berhasil masuk nominasi dibeberapa ajang penghargaan mulai dari Festival Film Indonesia, Festival Film Bandung hingga Piala Maya 2015. [9.5/10Bintang]




Setelah Perahu Kertas (2012), Madre (2013) dan Supernova: Ksatria Putri & Bintang Jatuh (2014) tahun 2015 ini novel lainnya dari Dee Lestari yaitu Filosofi Kopi diangkat ke layar lebar oleh Sutradara Cahaya Dari Timur (2014) yaitu Angga Dwimas Sasongko. Melihat siapa yang menjadi sutradara dan jajaran pemain, tak heran jika FilKop The Movie ini menjadi salah satu yang ditunggu kemunculannya di Bioskop. Filkop The Movie merupakan Best Adaptated Dee's Novel after Supernova. Kualitas yang dihadirkan FilKop The Movie tak heran masuk beberapa ajang penghargaan film nasional bergengsi dan menjadikan kembali Chicco Jerikho bersinar terang di tahun 2015 ini. [9.5/10Bintang]




Dengan poster yang cukup menjanjikan. Tuyul Part 1 arahan sutradara Billy Christian cukup berhasil menyajikan sosok hantu lokal "tuyul" tampak lebih mahal dan menyeramkan. Meskipun di beberapa bagian masih ada kekurangan, tapi hal tersebut tertutupi dengan apik oleh akting Dinda Kanya Dewi yang begitu total memerankan sosok Mia. Semoga di Part 2 nanti, Tuyul Part 2 memberikan performa yang semakin meningkat. [7/10Bintang]


5. Guru Bangsa: Tjokroaminoto (April 2015)


Film biografi tentang sosok HOS Tjokroaminoto berhasil disajikan dengan durasi panjang dan berkualitas arahan salah satu sutradara terbaik di Indonesia yaitu Garin Nugroho. Reza Rahadian seperti biasanya tampil cemerlang memerankan tokoh yang ia perankan. Tak heran, jika Film ini mendapat apresiasi tinggi dibeberapa ajang penghargaan bergengsi di Indonesia. [8/10Bintang]



Setelah dibuat kecewa berat oleh Rumah Gurita (2014) dan Danau Hitam (2014), Akhirnya Jose Poernomo memberikan kembali kepercayaan gue akan Film Horrornya. Danau Hitam harus diakui tampil jauh jauh jauh lebih baik dibandingkan Film Horror Jose sebelumnya. Jajaran pemain pun tampil "keluar" dari zona nyamannya. Terlebih untuk Shandy Aulia yang harus diakui mengalami peningkatan daripada film-film sebelumnya. Meskipun banyak yang bilang Film Tarot ini meniru Film Horror Thailand berjudul Alone tapi tetap saja ini salah satu Film Horror Indonesia tahun 2015 yang cukup memuaskan. [8/10Bintang]




Salah satu mega-box office di tahun 2014 yaitu Comic 8 produksi Falcon Pictures, kembali merilis sekuelnya di tahun 2015 menunjukkan taringnya di tangga Box Office Indonesia tahun 2015 ini dengan raihan penonton diatas 1.000.000 penonton. Dengan jajaran pemain yang semakin berlimpah dan visual efek yang semakin massive, tak heran jika Comic 8: Casino Kings Part 1 ini menyajikan intense keseruan yang berlipat ganda. Part 2 yang konon akan dirilis pada Februari 2016 ini akan menjadi ending Casino Kings yang spektakuler. Can't wait! [8.5/10Bintang]




Rumah produksi MD Pictures kembali menghadirkan drama bernuansa islami berjudul Surga Yang Tak Dirindukan adaptasi novel milik Asma Nadia. Dirilis dengan tepat pada moment Lebaran 2015, membuat Film arahan Kuntz Agus ini sukses dipasaran, hingga 30 Desember 2015, Film ini masih betah berada di No.1 Top 10 Box Office Film Indonesia Tahun 2015 dengan raihan penonton diatas 1,500.000 penonton diseluruh Indonesia. Film yang diproduseri Manoj Punjabi ini sukses menghantarkan Laudya Cynthia Bella meraih Aktris Terpuji di Festival Film Bandung 2015 dan menaikkan popularitas Laudya Cynthia Bella. [8/10Bintang]




Sudah lama rasanya tidak merasakan kepuasan yang luar biasa ketika menonton Film Indonesia bergenre Horror. Biasanya masih ada saja kekurangan dibeberapa bagian, namun itu tak berlaku ketika usai menonton Film Badoet arahan Awi Suryadi. Secara mengejutkan, Badoet tampil sangat sempurna dan terbaik untuk ukuran Film Horror Indonesia. Awi Suryadi dan Daniel Topan berhasil menyajikan Badoet ke tingkat Horror Indonesia paling tinggi. Atmosfer horror berhasil diperlihatkan dengan sangat baik lewat hal-hal yang sederhana. Overall, Badoet is The Best Indonesian Horror Movie All The Time [9.5/10Bintang]




Rumah Produksi yang terkenal dengan budget fantastis nya yaitu Soraya Intercine Films berhasil menghadirkan Film arahan Raditya Dika ini menjadi Film paling megah, grande dan mewah dibandingkan film-film Raditya Dika sebelumnya. Tak hanya itu, kali ini juga Soraya Intercine Films dan Raditya Dika berhasil menyajikan ide cerita asli tanpa adaptasi dari novel. Kepopuleran Raditya Dika pun berhasil memikat penonton untuk pergi ke bioskop. Tak heran jika dalam kurun waktu dua minggu Film Single berhasil tembus 1.000.0000 penonton lebih diseluruh Indonesia dan terpantau sukses mengalahkan jumlah penonton Star Wars: The Force Awakens dibeberapa daerah. Congrats! [8/10Bintang]



Rangga-Hanum kembali melanjutkan kisahnya di Negeri Paman Sam, Amerika Serikat. Mewawancarai salah satu korban tragedi 9/11 dan milyuner misterius yang dermawan menjadi tugas untuk Rangga Hanum. Perjalanan mereka dalam mencari narasumber ternyata tak mudah hingga beberapa konflik harus mereka lalui.
Harus diakui, Film arahan Rizal Mantovani ini jauh lebih baik dibandingkan pada Episode Eropa. Cerita yang dihadirkan di Episode Amerika ini lebih berat dan sangat menarik untuk diikuti meskipun harus sedikit ternodai oleh product placement yang berlebihan dan ending yang terlalu banyak kebetulan. Tapi terlepas dari itu, Film Bulan Terbelah Di Langit Amerika sangat memuaskan dari jajaran pemain yang menampilkan penampilan terbaiknya. [8/10Bintang]



Diangkat dari Novel Best Seller, Falcon Pictures yang sebelumnya sukses menggarap COMIC 8 menjadi Box Office Film Indonesia, kini dipenghujung tahun 2015 merilis sebuah Film Indonesia tentang 5 sahabat yang sedang melanjutkan studi nya di Belanda.
Dengan alur cerita yang tidak mudah ditebak, serta visual dan musik yang sangat indah dan memikat, Film arahan Endri Pelita tampil begitu hangat dan mempesona. Makna dari persahabatan sejati berhasil disajikan dengan amat baik ketika twist dihadirkan diakhir film.
Jajaran pemain pun memberikan penampilan terbaiknya di film Negeri Van Oranje ini. [9/10Bintang]


13. Ngenest The Movie (Desember 2015)


Rumah produksi yang aktif merilis film-film adaptasi novel populer, Starvision Plus, ikut memeriahkan summer-season nya industri Film Indonesia dengan mengangkat novel karya comic stand-up comedian Ernest Prakasa berjudul NGENEST. Dan harus diakui, debut perdana Ernest Prakasa sebagai sutradara ini wajib untuk diapresiasi dan terbukti sangat PECAH BIKIN KETAWA di Bioskop. Kelucuan yang terus dibombardir lewat melimpahnya cameo dan cerita yang sederhana membuat Film Ngenest ini begitu ringan namun tetap juara dalam memberikan kelucuan dan moment menyentuh hati. Goodjob Nest! [8/10Bintang]


Film Indonesia Favorite:
1. Badoet
2. Negeri Van Oranje
3. Bulan Terbelah Di Langit Amerika
4. Hijab
5. Filosofi Kopi

Film Drama Komedi Indonesia Favorite:
1. Hijab
2. Comic 8: Casino Kings Part 1
3. Ngenest The Movie
4. The Wedding And Bebek Betutu

Film Horror Indonesia Favorite:
1. Badoet
2. Tarot

Film Indonesia Paling Mengecewakan:
1. Black Honeymoon
2. Love You Love You Not
3. Romeo & Rinjani
4. Kastil Tua

Aktor Favorite:
1. Chicco Jerikho (Filosofi Kopi)
2. Abimana Aryasatya (Bulan Terbelah Di Langit Amerika)
3. Reza Rahadian (Kapan Kawin?)
4. Vino G. Bastian (Toba Dreams)
5. Oka Antara (Mencari Hilal)

Aktris Favorite:
1. Laudya Cynthia Bella (Surga Yang Tak Dirindukan)
2. Acha Septriasa (Bulan Terbelah Di Langit Eropa)
3. Ratu Felisha (Badoet)
4. Dinda Kanya Dewi (Tuyul Part 1)
5. Tatjana Saphira (Negeri Van Oranje)

Akting Paling Mencuri Perhatian Di Film Indonesia Favorite:
1. Laudya Cynthia Bella (Surga Yang Tak Dirindukan)
2. Nino Fernandez (Bulan Terbelah Di Langit Amerika)
3. Christoffer Nelwan (Badoet)
4. Ge Pamungkas (Negeri Van Oranje)
5. Sophia Latjuba (Comic 8: Casino Kings Part 1)

Sutradara Favorite:
1. Hanung Bramantyo
2. Rizal Mantovani
3. Awi Suryadi
4. Angga Dwimas Sasongko
5. Jose Poernomo

Chemistry Favorite:
1. Acha Septriasa - Abimana Aryasatya (Bulan Terbelah Di Langit Amerika)
2. Laudya Cynthia Bella - Fedi Nuril (Surga Yang Tak Dirindukan)
3. Chicco Jerikho - Rio Dewanto (Filosofi Kopi)
4. Adinia Wirasti - Reza Rahadian (Kapan Kawin?)
5. Atiqah Hasiholan - Rio Dewanto (Cinta Selamanya)

Soundtrack Favorite:
1. Cinta - Wizzy Feat Shandy Shandoro (Negeri Van Oranje)
2. Let It Be My Way - Andien (Hijab)
3. Sementara Sendiri - Geisha (Single)
4. This Is Cinta - Yuki Kato & Shawn Khulafa (This Is Cinta)
5. Tetap Dalam Jiwa - Isyana Sarasvati (Tiger Boy)

Poster Film Indonesia Favorite:
1. Teaser Negeri Van Oranje
2. Teaser Badoet
3. Single
4. Tuyul Part 1
5. Teaser Bulan Terbelah Di Langit Amerika

Film Indonesia Yang Tidak Ditonton Di Bioskop Tapi Bikin Penasaran:
1. Mencari Hilal (Karena keburu turun layar)
2. Alif Lam Mim (Baru ngeuh katanya bagus setelah borong nominasi di FFI, FFB dan Piala Maya)
3. Toba Dreams (Baru ngeuh katanya chemistry Vino & Mathias disini juara)
4. Nada Untuk Asa (Marsha Timothy dan Wulan Guritno katanya terbaik)
5. Skakmat (Karena keburu turun layar)



[Review] Negeri Van Oranje: Hangatnya Persahabatan Sejati Di Negeri Belanda

- Tidak ada komentar


#Description:
Title: Negeri Van Oranje (2015)
Casts: Tatjana Saphira, Chicco Jerikho, Abimana Aryasatya, Arifin Putra, Ge Pamungkas, Maudy Koesnaedy, Agung Udijana, Arne Luiting
Director: Endri Pelita
Studio: Falcon Pictures


#Trailer:

Official Trailer Negeri Van Oranje (2015)


#Synopsis:
Akhirnya, Lintang (Tatjana Saphira) akan melangsungkan pernikahan setelah lulus kuliah dari Leiden University. Mempelai pria yang meminang Lintang adalah salah satu dari 4 sahabat pria nya di Belanda. Mereka adalah Banjar (Arifin Putra) mahasiswa S2 di Rotterdam University, kemudian Wicak (Abimana Aryasatya) mahasiswa S2 di Wageningen University, Geri (Chicco Jerikho) mahasiswa S2 di Den Haag University dan Daus (Ge Pamungkas) mahasiswa S2 di Utrecht University.
Kelimanya bertemu secara tak sengaja dan hingga akhirnya mereka bisa menjadi bersahabat meskipun kelimanya itu berbeda universitas dan tempat tinggal. Kelimanya mempunyai sifat dan karakter yang berbeda-beda. Banjar yang selalu bersemangat dan berapi-api, Wicak yang cenderung pendiam dan selalu lupa nama orang termasuk nama lengkap Lintang, Daus yang paling pintar sekaligus paling konyol, Geri yang paling mapan dari segi keuangan dan Lintang, pujaan hati dari para teman lelakinya itu.
Persahabatan kelimanya itu harus diuji ketika teman-teman lelakinya Lintang jatuh hati pada Lintang. Mereka berlomba untuk bisa mendapatkan hati Lintang dengan cara mereka masing-masing. Perlahan tapi pasti, Lintang menyadari hal itu dan ia harus memilih antara Banjar, Wicak, Geri atau Daus. Lintang sendiri sudah mempunyai pilihannya sendiri ketika awal mereka berjumpa dan ketika ia sudah pisah dari Jeroen (Arne Luiting). Siapakah dia? Sosok manakah yang akan akhirnya dipilih Lintang?


#Review:
Rumah Produksi yang cukup diperhitungkan dan terkenal setelah memproduksi CJR THE MOVIE (2013) dan Box Office COMIC 8 (2014) yaitu Falcon Pictures tahun ini ikut memeriahkan Summer Season-nya Industri Film Indonesia 2015 dengan merilis sebuah film adaptasi novel best seller yang bercerita tentang persahabatan mahasiswa di Belanda berjudul Negeri Van Oranje (2015).
Dengan materi promosi yang sangat menjanjikan lewat teaser poster, trailer hingga official poster, tak heran jika NEGERI VAN ORANJE ini cukup ditunggu kehadirannya oleh para pecinta Film Indonesia.
Dan tidak diragukan lagi, Endri Pelita yang sebelumnya menggarap AIR MATA TERAKHIR BUNDA (2013) dengan baik, di NEGERI VAN ORANJE beliau kembali berhasil menyajikan kisah persahabatan yang hangat dan menyentuh ditambah dengan twist yang dihadirkan sangat oke untuk menambah makna dari arti sahabat sejati. Meskipun untuk sebagian orang mungkin twist ini bikin patah hati </3.
Endri Pelita dan Falcon Pictures berhasil menampilkan jajaran pemain dengan karakter yang dimainkan begitu apik dan pas. Visual dan musik yang NEGERI VAN ORANJE tampilkan mungkin ini yang terbaik di tahun 2015 ini. Gambar yang disajikan begitu sempurna dan indah. Untuk efek sinar "khas" Falcon Pictures dibeberapa bagian agak cukup mengganggu karena kebanyakan. Tapi kekurangan kecil itu tertutup dengan sempurna oleh kualitas akting ke-5 pemain utama NEGERI VAN ORANJE. Tatjana Saphira tampil semakin gemilang dan adorable. Jajaran para lelakinya pun tampil tidak mengecewakan dan memberikan chemistry yang kuat satu sama lain.
Overall, secara keseluruhan Film NEGERI VAN ORANJE memuaskan! My Favorite Summer Season-nya Industri Film Indonesia tahun ini! Semoga tembus jutaan penonton. Amiin!


[9/10Bintang]

[Review] Joy: Perjalanan Penemu Miracle Mop Meraih Kesuksesan

- Tidak ada komentar


#Description:
Title: Joy (2015)
Casts: Jennifer Lawrence, Robert De Niro, Bradley Cooper, Edgar Ramirez, Diane Ladd, Virginia Madsen, Isabella Rossellini, Dascha Polanco, Elisabeth Rohm, Jimmy-Jean Louis, Laura Wright, Susan Lucci, Ken Howard
Director: David O. Russell
Studio: Fox 2000 Searchlight Pictures, Annapurna Pictures


#Trailer:

Official Trailer Joy (2015)


#Synopsis:
Joy (Jennifer Lawrence) adalah seorang ibu rumah tangga yang baru saja bercerai dari sang suami, Tony (Edgar Ramirez). Meskipun sudah bercerai secara hukum, keduanya masih tinggal satu atap rumah namun Tony lebih memilih tinggal di basement rumah mereka.
Joy bekerja sebagai seorang akuntan di perusahaan milik ayahnya, Rudy (Robert De Niro) yang sedang mengalami masa puber kedua dengan Trudy (Isabella Rossellini), seorang wanita paruh baya yang mempunyai kehidupan yang sudah sangat berkecukupan. Kebetulan juga kedua orang-tua Joy sudah bercerai. Tak hanya itu, Joy juga mempunyai sekelumit masalah khas ibu rumah tangga lainnya. Hubungan dengan sang ibu, Terry (Virginia Madsen) yang sangat tergila-gila dengan sinetron Danica & Clarinda  juga sang adik yaitu Peggy (Elisabeth Rohm) ini juga kurang harmonis, padahal mereka tinggal satu rumah.
Sejak kecil, Joy sudah mempunyai ide-ide kreatif didalam dirinya. Suatu hari, Joy berhasil menciptakan tali pengikat untuk hewan peliharaan. Namun sayang, ide tersebut malah dipatenkan oleh orang lain. Melihat kasus tersebut, Joy tak patah semangat, ia kemudian menciptakan sebuah pel bernama Mircale Mop yang konon akan menjadi Pel Revolusioner dimasa depan.
Rupanya, untuk merealisasikan ide itu Joy mengalami beberapa kendala mulai dari kurangnya modal, persaingan bisnis, sulitnya mempromosikan barang hingga rebutan hak paten dan hak cipta harus dialami oleh ibu satu orang anak ini. Dengan dibantu oleh orang TV Shop bernama Neil Walker (Bradley Cooper), satu persatu permasalahan yang Joy hadapi mulai bisa terpecahkan.


#Review:
Setelah tampil sangat cemerlang sebagai Katniss Everdeen dalam THE HUNGER GAMES SERIES yang baru saja selesai pada November 2015 lalu, kini Jennifer Lawrence kembali hadir di layar bioskop dalam film drama-komedi adaptasi biografi Joy Mangano berjudul JOY (2015) yang untuk ke-3 kali nya J-Law berduet dengan sutradara David O. Russell setelah di Silver Lining Playbook (2012) dan American Hustle (2013).
Tanpa membaca sinopsis dan melihat trailer, Film JOY ini ternyata tampil lumayan manis dan menghibur. Bercerita tentang perjuangan seorang ibu single parent dalam mengatasi problem dalam hidupnya ini J-Law berhasil menghadirkan sosok JOY yang menarik untuk diikuti kisahnya dengan balutan komedi dan editing yang sangat disayangkan masih lumayan kasar dibeberapa bagian.
Pada pertengahan hingga paruh akhir film, JOY memberikan sebuah drama-komedi yang tak hanya menghibur namun juga memberikan semangat motivasi yang cukup mengena tentang arti sebuah perjuangan mencapai cita-cita.
Unsur komedinya pun dibeberapa bagian tampil menghibur meskipun diawal film, pengenalan beberapa tokohnya agak terlalu riweuh.
Overall, secara keseluruhan JOY tampil cukup memuaskan dan menghibur. Duet J-Law dan David O. Russell ini cukup layak untuk kembali masuk ke jajaran Nominasi Golden Globes dan Oscar 2016 mendatang!


[8/10Bintang]

[Review] Bulan Terbelah Di Langit Amerika: Kisah Dari Keluarga Korban Tragedi 9/11

- Tidak ada komentar



#Description:
Title: Bulan Terbelah Di Langit Amerika (2015)
Casts: Acha Septriasa, Abimana Aryasatya, Rianti Cartwright, Nino Fernandez, Hannah Al-Rashid, Hanz De Krakker, Hailey Franco, Yaron Urbas, Nur Fazura, Ray Renolds
Director: Rizal Mantovani
Studio: Maxima Pictures


#Trailer:

Official Trailer Bulan Terbelah Di Langit Amerika (2015)


#Synopsis:
Hanum (Acha Septriasa) kini telah menjadi seorang reporter handal. Kali ini ia mendapatkan tugas dari atasannya untuk membuat sebuah artikel bertema "Would the world be better without Islam?" dan mencari narasumber untuk menjawab pertanyaan itu dari salah satu dari korban peristiwa 9/11.
Narasumber itu adalah Azima Hussein (Rianti Cartwright) dan Sarah Hussein (Hailey Franco). Istri dan anak dari Ibrahim Hussein yang dituduh terlibat dalam tragedi 9/11 di Gedung WTC Amerika Serikat 8 tahun yang lalu. Azima yang kini mengganti namanya menjadi Julia Collins ini mengalami perubahan drastis dalam dirinya. Hijab yang dulu ia kenakan kini dilepas agar ia tidak dipandang sinis lagi oleh warga sekitar yang mayoritas masih "sinis" terhadap orang Islam.
Hanum ditugaskan untuk mewawancarai Azima dan putrinya itu. Namun, untuk menemukan keberadaan Azima tidaklah mudah karena keterbatasan informasi yang Hanum miliki. Beruntung, berkat "bantuan" dari Jasmine (Hannah Al-Rashid) yang merupakan kekasih dari Stefan (Nino Fernandez) Hanum berhasil mendapatkan informasi lengkap Azima.
Disisi lain, suami dari Hanum yaitu Rangga (Abimana Aryasatya) juga mendapat tugas dari professor Reinhart di kampusnya Wina Austria untuk mewawancarai Phillipus Brown (Hanz De Krekker) seorang miliarder di Amerika Serikat yang terkenal dermawan pada warga muslim di Timur Tengah, padahal di negaranya, pandangan orang Amerika terhadap warga muslim di Timur Tengah masih penuh dengan kebencian akibat tragedi 9/11 itu.
Tugas yang akan mereka kerjakan malah jadi berantakan. Map berisi berkas-berkas milik Hanum tentang informasi keluarga Azima hilang. Tak hanya itu, jadwal Hanum untuk mencari informasi keluarga Azima selalu bentrok dengan sang suami yang mengalami kesulitan juga untuk menemui Phillipus Brown.
Keduanya pun terpaksa harus mengerjakan tugasnya sendiri-sendiri. Perjalanan Hanum dalam membuat artikelnya tak semudah yang dibayangkan. Penolakan dari Azima untuk diwawancarai hingga terjebak dalam demonstrasi di kawasan Ground Zero harus Hanum alami.
Berhasilkah Hanum dan Rangga menyelesaikan tugas-tugasnya?


#Review:
Rumah Produksi Maxima Pictures kembali meramaikan Summer Season-nya Industri Film Indonesia tahun ini dengan merilis Sekuel dari Film 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA (2013) yang masih sama diangkat dari Novel Best Seller milik pasangan suami istri Hanum Rais dan Rangga Almahendra berjudul BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA (2015).
Jika pada Episode Eropa disutradarai oleh Guntur Soeharjanto, di Episode Amerika kali ini, Rumah Produksi yang diproduseri oleh Ody Mulya ini mempercayakan penyutradaraannya kepada Rizal Mantovani sutradara dari SUPERNOVA (2014) dan DEMONA (2015).
Harus diakui, jalan cerita Episode Amerika ini jauh lebih "berat" dibandingkan Episode Eropa. Film yang dibintangi oleh Acha Septriasa dan Abimana Aryasatya ini memberikan cerita yang lebih dalam tentang mengembalikan rasa bangga sebagai seorang muslim di negara yang mayoritas masih memandang kaum muslim sebelah mata. Hal itu sangat terasa dan penuh emosional ketika adegan Hanum berhasil mewawancarai Azima. Paruh awal film disajikan dengan jalan cerita yang sangat menarik dan memancing rasa penasaran untuk diikuti. Paruh pertengahan hingga akhir film, Rizal Mantovani berhasil mengemas Episode Amerika ini dengan penuh emosional dan menyentuh. Meskipun pada bagian pertengahan hingga akhir film, jalan ceritanya terlalu banyak "kebetulan" dan terlihat buru-buru untuk segera disudahi. Hal itu membuat timbul pertanyaan apakah cerita di Film Episode Amerika ini 100% nyata, 100% fiktif atau kisah nyata namun ditambahi sisi dramatisasi. Entahlah. Namun yang jelas, jika sisi "kebetulan" nya sedikit dikurangi, mungkin akan jauh lebih baik lagi.
Sang sutradara pun berhasil memberikan visual yang memukau pada Episode Amerika ini. Meskipun dibeberapa part outdoor, gambar masih terlihat pecah dan buram. Andai saja penggarapan part outdoor Episode Amerika ini secantik Episode Eropa mungkin Episode ini akan semakin subhanallah. Tak hanya itu, Product Placement yang hadir di Episode Amerika ini cukup mengganggu dan tidak terlihat natural.
Meskipun ada sedikit kekurangan disisi teknis, namun sisi jajaran pemain dalam Episode Amerika ini menjadi yang paling bersinar. Acha Septriasa dan Abimana Aryasatya tampil semakin apik dan berkualitas sebagai pasutri yang sudah jelas terlihat dari Episode Eropa. Penampilan Rianti Cartwright juga tak mengecewakan. Ia total memerankan sosok Azima Hussein. Jangan lupakan juga Nino Fernandez dan Hannah Al-Rashid yang harus diakui menjadi pemanis sekaligus "penusuk" untuk Episode Amerika ini. Saya pun menjadi berandai-andai cerita Stefan dan Jasmine ini dibuat Spin-off. Haha


Tak hanya itu saja, Chemistry persahabatan antara Rangga dan Stefan pun menjadi nilai plus tersendiri untuk Episode Amerika. Perdebatan keduanya semakin mencuri perhatian setelah sebelumnya di Episode Eropa juga tampil menghibur.
Overall, secara keseluruhan Film BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA memuaskan dan boleh dibilang much better than Europe Episode.


[8.5/10Bintang]

Album Original Soundtrack Single (2015)

- Tidak ada komentar

Official Cover Album Single (2015)
Performance by: Geisha & D'Masiv
Published by: Musica Studios Indonesia


Tracklists:



Get it now on iTunes! (Klik judul lagu untuk mendengarkan dan menyimpan via Google Drive)

[Review] Single: The Luxurious Raditya Dika's Movie In His Filmography

- Tidak ada komentar


#Description:
Title: Single (2015)
Casts: Raditya Dika, Annisa Rawles, Pandji Pragiwaksono, Babe Cabiita, Chandra Liow. Elvira Devinamira, Tinna Harahap, Rina Hassim, Frederik Alexander, Dewi Hughes, Dede Yusuf, Pevita Pearce
Director: Raditya Dika
Studio: Soraya Intercine Films


#Trailer:

Official Trailer Single (2015)


#Synopsis:
Ebi (Raditya Dika) pemuda paruh baya yang satu ini betah menyandang statusnya sebagai seorang single alias tidak mempunyai pacar. Dimata para sahabatnya yaitu Victor (Babe Cabiita) yang sangat percaya akan hal-hal mistis dan Wawan (Pandji Pragiwaksono) yang sangat mempercayai bahwa kekasihnya disana setia, Ebi itu tidak memiliki rasa percaya diri untuk bisa berkenalan dengan wanita. Ebi mengalami beberapa kali kelamnya kisah cinta, salah satunya yaitu ketika Vina (Elvira Devinamira) teman dekat dimasa SMA-nya kembali hadir dan mengajak untuk bertemu kembali setelah lama tak berjumpa. Namun, semua harapan yang Ebi gantungkan pada Vina langsung hancur berantakan setelah mengetahui maksud dan tujuan Vina mengundang Ebi.
Untuk mengurangi rasa kesedihan sahabatnya, Wawan dan Victor kemudian mengajak Ebi ke sebuah tempat klub malam. Wawan terus menyemangati Ebi agar bisa berubah sikapnya yang susah berkenalan dengan wanita. Di klub malam itu kemudian ia berkenalan dengan Laras (Pevita Pearce), berkat insiden "cranberry juice" Ebi kemudian mendapatkan kontak Laras. Namun sialnya lagi, baru sampai tahap perkenalan, Laras malah mundur menghadapi Ebi yang terlihat makin "nyeleneh" ketika mencoba meng-akrab-kan diri.
Dorongan dari sang mama tercinta yang menyuruh Ebi untuk segera menikah dan memberikannya cucu menjadi beban baru lagi untuk Ebi. Tak hanya itu, adiknya yaitu Alva (Frederik Alexander) juga berencana akan melangsungkan pernikahan dan mau tak mau Ebi "dilangkahi" oleh sang adik.
Terus dirundung kesialan, tidak membuat Ebi putus asa. Ebi kembali menemukan sebuah harapan baru ketika kedatangan tetangga baru dikosannya yaitu Angel (Annisa Rawles), seorang mahasiswa kedokteran yang aktif menolong di Medical Center. Namun, ketika Ebi berusaha PDKT dengan Angel, muncul sosok "kakak-kakak-an" Angel yaitu Joe (Chandra Liow) yang baru saja pulang dari Groningen. Sosok Joe yang tampan, tinggi, putih dan mapan tidak membuat semangat Ebi untuk mendapatkan Angel luntur. Seiring berjalannya waktu dalam memperebutkan hati Angel, Ebi menemukan sebuah pelajaran hidup dari status SINGLE yang ia sandang selama ini.
Siapakah yang berhasil mendapatkan hati Angel? Mampukah Ebi membahagiakan sang mama?


#Review:
Summer Season-nya untuk Industri Film Indonesia tahun 2015 akhirnya dimulai! Rumah Produksi yang terkenal dengan Mega Box Office nya seperti 5CM (2012), Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (2013) dan Supernova: Ksatria, Putri & Bintang Jatuh (2014) yaitu SORAYA INTERCINE FILMS kembali menghadirkan karya "megah" nya dipenghujung tahun 2015 ini dengan menggandeng penulis beken, comic, sekaligus aktor Raditya Dika sebagai "jualan utama" nya.
Soraya Intercine Films yang identik dengan budget fantastis dan kesan megah ini berhasil membawa Film SINGLE menjadi Film Raditya Dika paling "megah" diantara film-film Raditya Dika terdahulu. Hal itu jelas terlihat dari sisi pengambilan gambar, setting lokasi, tata kamera, scoring musik, visual efek dan sinematografi yang sangat mahal. Contohnya ketika setting berlokasi di Pulau Dewata, Film SINGLE ini berhasil membuat Pulau Bali terlihat semakin indah dengan pengambilan gambar yang boleh dibilang sempurna. Adegan-adegan ekstrim dengan tambahan visual efek pun tampil lumayan smooth dan meyakinkan.
Untuk segi cerita pun, Film SINGLE ini juga memberikan sesuatu yang "baru" dibandingkan film-film Raditya Dika terdahulu yang mayoritas meng-adaptasi dari novel miliknya. Unsur sisi cerita drama percintaan yang dihadirkan difilm ini cukup kuat dari awal hingga akhir film hal ini lumayan berbeda dengan film Raditya Dika terdahulu yang cenderung lebih menonjolkan sisi humor, namun disini juga sisi komedi dan humor nya berhasil diselipkan dengan baik dibeberapa bagian cerita.
Jajaran pemain tampil tidak mengecewakan. Raditya Dika cemerlang memerankan sosok Ebi yang meskipun sifat dan karakternya masih 11-12 dengan Raditya Dika. Pemain pendukungnya pun tampil lumayan memuaskan seperti Annisa Rawles yang sekilas mirip perpaduan antara Imelda Therinne dan Manohara Odelia ini berhasil mempesona dengan karakter yang diperankannya. Two thumbs-up juga untuk Pandji Pragiwaksono, Babe Cabiita dan Chandra Liow yang berhasil memberikan sisi-sisi humor yang membuat tertawa lepas. Goodjob dudes! Pemeran mama Ebi pun tampil menghibur dengan gaya bahasanya yang sangat kekinian. Yang membuat heran hanya satu, karakter Alva yang diperankan oleh Frederik Alexander ini terlalu cakep untuk menjadi seorang adik dari Ebi. HAHA Peaceout! :))
Salah satu hal yang ditunggu dari Film keluaran Soraya Intercine Films adalah pengisi Soundtracknya! Jika pada 3 film sebelumnya, Soraya Intercine Films selalu memakai grup band Nidji, kali ini Rumah Produksi arahan Sunil Soraya ini mengajak grup band Geisha dan D'Masiv untuk mengisi soundtrack film ini. Dan harus diakui ini adalah keputusan yang cukup tepat. Vokal Momo Geisha dan lirik lagu yang diciptakan Robbie Geisha untuk film ini seperti "Sementara Sendiri" dan "Lagu Cinta" sangat menyatu dengan isi dari Film SINGLE.
Overall, secara keseluruhan, seperti yang sudah disebutkan diawal review, Film SINGLE ini merupakan Film Raditya Dika "termegah" dan awal yang sangat baik membuka Summer Season Industri Film Indonesia Tahun 2015 ini. Apakah bisa menembus diatas 1juta penonton? Let's see!

Klik disini untuk informasi Original Soundtrack Film Single (2015) by Raditya Dika!

[8/10Bintang]

Sharing Is Caring