Cari Blog Ini

Gambar tema oleh Storman. Diberdayakan oleh Blogger.

[Review] Inside Out: Saatnya Bertemu Dengan Suara-Suara Yang Ada Didalam Pikiranmu

- Tidak ada komentar

#Description:         
Title: Inside Out (2015)
Casts:  Amy Poehler, Phyllis Smith, Kaityln Dias, Bill Hader, Lewis Black, Mindy Kaling, Richard Kind, Diane Lane, Kyle Maclachlan
Director: Pete Docter
Studio: Walt Disney Pictures, Pixar Animated Studios

#Synopsis:
Saatnya mengeksplorasi pikiran dan emosi seorang anak perempuan yang beranjak remaja bernama Riley (Kaityn Dias).  Mari berkenalan dengan Joy si Kebahagiaan (Amy Poehler), Sadness si Kesedihan (Phyllis Smith), Disgusted si Muak (Mindy Kaling) dan Anger si Kemarahan (Lewis Black). Mereka merupakan 5 emosi yang berada didalam pikiran dan perasaan seorang manusia termasuk ada didalam diri Riley. Kelimanya tinggal disebuah tempat bernama “headquarters”. Merekalah yang mengontrol emosi dan perasaan Riley. Sebagai contoh, ketika Riley merasakan kegembiraan maka Joy lah yang mengendalikan tuas di headquarters itu. Didalam emosi dan pikiran, Riley membangun beberapa pulau yang terbuat dari beberapa kenangan dan ingatan yang takkan pernah Riley lupakan, pulau tersebut adalah: Goofball Island, Honesty & Friendship Island dan Family Island. Masing-masing pulau tersebut terhubung oleh sebuah garis cahaya dan keawetan pulau tersebut diisi oleh bola-bola emosi dan perasaan Riley yang terus bergelinding setiap harinya.
Suatu hari, diusianya yang menginjak 11 tahun, Riley harus pindah rumah dan meninggalkan Minnesota. Hal itu disebabkan karena kedua orangtua Riley (Kyle MacLachlan & Diane Lane) akan memulai bisnis baru di San Fransisco. Awalnya Riley senang dengan perpindahan ke lingkungan barunya, namun kenyataan tak sesuai dengan harapan. Rumah baru yang akan mereka tempati ternyata jauh lebih kecil dan sederhana. Di malam pertama menempati rumah itu, Riley tidak bisa tidur nyenyak. Ia sedih sekaligus ketakutan melihat kedua orangtuanya terlihat seperti sedang menghadapi sebuah masalah. Dan keesokan harinya Riley berangkat ke sekolah barunya. Ketika guru dikelasnya mempersilahkan Riley untuk memperkenalkan diri, Riley mencoba mengingat beberapa kenangannya. Sadness kemudian memegang kontrol di headquarters. Namun hal itu berhasil dicegah oleh Joy. Joy tidak ingin moment pertama disekolah baru, Riley merasa sedih. Namun karena suatu hal, semua bola-bola utama emosi menjadi berantakan. Joy dan Sadness kemudian terbuang ke “perpustakaan pikiran” milik Riley yang letaknya sangat jauh dari headquarters.
Keduanya harus berpacu dengan waktu kembali ke headquarters untuk mengembalikan dan menyeimbangkan perasaan Riley. Diperjalanan itu banyak rintangan yang harus dilalui oleh Joy dan Sadness. Tak hanya itu, gara-gara Joy dan Sadness tidak berada di headquarters, aksi Disgusted, Fear dan Anger yang mengontrol emosi Riley membuat keadaan semakin kacau. Riley berubah menjadi sosok yang pendiam, mudah marah dan lupa akan kenangan-kenangan indah masa lalunya. Hal itu pula yang menyebabkan satu persatu pulau-pulau kenangan didalam pikiran Riley menjadi rubuh dan hancur. Bisakah Joy dan Sadness kembali ke headquarters dan menyeimbangkan kembali emosi Riley yang semakin tak karuan?

#Review:
Disney Pixar Animated Studios is back! Rumah produksi film animasi Hollywood yang terkenal akan kekuatan kualitas cerita, gambar dan pesan ditiap filmnya ini sebut saja Trilogy Toy Story, A Bugs Life, Finding Nemo, Up dan lainnya. Kali ini di Summer 2015, Pixar menghadirkan sebuah animasi yang saya yakin INSIDE OUT ini akan berjaya pada ajang penghargaan film bergengsi seperti Golden Globe dan Oscar 2016 mendatang.
Ide cerita yang sangat original untuk sebuah film animasi sangat berhasil disajikan lewat INSIDE OUT. Kisah tentang 5 emosi yang berada didalam jiwa seseorang digambarkan penuh dengan warna, pesan, dan ringan. Ini adalah sebuah new experience yang takkan pernah bisa dilupakan dimana kita bisa menyaksikan sebuah film yang tak hanya menghibur juga mempunyai pesan yang amat kuat, original sekaligus bisa mempelajari sebuah emosi dan perasaan dalam diri seseorang.
Jajaran pengisi suara pun memberikan performa terbaiknya. Mereka semua berhasil membangun chemistry satu sama lain baik itu antara Riley dan kedua orangtuanya, Riley dengan kelima emosinya dan chemistry antara kelima emosi itu.
Hal-hal yang selama ini mungkin hanya ada didalam imajinasi saja, hal-hal imajinasi itu berhasil divisualkan dengan sangat baik ketika adegan Joy dan Sadness datang ke Imagination Land. Sang filmmaker benar-benar keren dalam storytelling. Klimaks yang dihadirkan diending film pun berhasil disajikan dengan sempurna lengkap dengan sisi emosional yang amat menyentuh. Disepanjang credit title, Film Inside Out masih memberikan beberapa adegan yang menghibur lewat kelima karakter emosi yang bermunculan bukan dari diri Riley melainkan mahkluk hidup lainnya.
Untuk segi visual pun tak perlu diragukan lagi kualitasnya. Disney Pixar selalu memberikan suguhan terbaiknya. Hal itu sudah terbukti lewat beberapa judul film animasi yang sudah disebutkan diawal paragraf.
Overall, secara keseluruhan INSIDE OUT sangat memuaskan. Best Animated Movie of The Year so far! :’)


[9.9/10Bintang]


[Review] The Age of Adaline: Apakah Dengan Adanya Kekuatan Mustahil Bisa Membuat Seseorang Bahagia?

- Tidak ada komentar

#Description:
Title: The Age of Adaline (2015)
Casts: Blake Lively, Michiel Huisman, Kathy Baker, Harrison Ford, Evelyn Burstyn, Amanda Crew, Lynda Boyd, Hugh Ross, Peter J. Gray
Director: Lee Toland Kreiger
Studio: Lakeshore Entertainment, Lionsgate Pictures


#Trailer:

Official Trailer The Age of Adaline (2015)


#Synopsis:
Adaline Bowman (Blake Lively) lahir pada 1 Januari 1908. pada saat usianya 29 tahun, ia sudah menikah dan mempunyai seorang anak bernama Flemming (Elizabeth Pearce). Namun sang suami harus pergi untuk selama-lamanya akibat kecelakaan kerja diproyek pembangunan Golden Gate di San Fransisco. Suatu malam, ketika akan mengunjungi anaknya disebuah pondok. Adaline mengalami kecelakaan yang mengakibatkan mobilnya terjun kedalam sungai. Akibat kecelekaan tersebut terjadi sebuah anomali fisika dan kimia ganjil yang dialami oleh Adaline. Sel-sel biologis dalam tubuh Adaline mendadak berhenti menua. Dan Adaline pun kini hidup tanpa adanya proses menua. Ia tetap cantik, tidak ada keriput, uban dan bertubuh proposional.
Keanehan itu sedikit banyak akan mencolok pada waktunya, menarik perhatian orang lain yang tentu saja takjub setengah mati, misalnya saja ketika ia berjalan bersama dengan putri semata wayangnya, Flemming (Cate Richardson) keduanya malah seperti nampak seperti kakak adik ketimbang ibu anak. Dan apa yang ditakuti Adaline benar-benar terbukti, dunia rupanya tidak bisa menerima dirinya yang tak normal, ketika ancaman dari pihak-pihak yang penasaran datang, Adaline kemudian mengambil keputusan drastis, ia meninggalkan kehidupannya saat ini, selalu berpindah-pindah tempat setiap tahun guna menghidari kecurigaan sembari terus merubah penampilan dan namanya, hidup seorang diri sambil menghidari sebisa mungkin berhubungan terlalu dekat dengan seseorang.
60 tahun berlalu setelah kejadian kecelakaan itu, Adaline kini mempunyai identitas baru. Ia mengganti namanya menjadi Jenny. Ia bekerja disebuah perpustakaan. Hingga suatu malam pada saat pesta tahun baru, Jenny bertemu dan berkenalan dengan Ellis Jones (Michiel Huisman) seorang pengusaha kharismatik yang turut menjadi tamu di pesta perayaan tahun baru itu.
Kedekatannya dengan Ellis membuat ia menjadi dilematis dan harus berhadapan dengan dua keputusan yang amat sulit dihadapi. Terus berlari dan bersembunyi seperti biasanya atau berhenti dan menemukan cintanya. Lalu keputusan mana yang akan diambil oleh Adaline?



#Review:
Film drama romantis Hollywood memang sudah banyak dihadirkan oleh sineas Hollywood. Kali ini di The Age of Adaline, kisah drama romantis nya diberi "bumbu penyedap" yang lumayan berbeda dan tampak menjanjikan. Kisah fantasi tentang "keabadian" ini sangat berhasil disajikan lewat film arahan Lee Toland Kreiger. Dikemas dengan sangat lembut dan modern siapapun yang menyaksikannya akan selalu dibuat penasaran disepanjang film. Dibuka dengan sedikit aroma misterius kemudian ditutup dengan ending yang sangat oke. Sang sutradara berhasil menyajikan cerita yang tidak terlalu meluas dan berfokus pada perjalanan ageless dan cinta nya Adaline saja. Latar sejarah hanya sebagai tempelan dan pembuktian bahwa Adaline benar-benar ageless.
Melihat kisah hidup Adaline memberikan sedikit imajinasi tersendiri. Apakah dengan tidak menuanya seseorang, seseorang akan menjadi bahagia? atau justru malah sebaliknya?. Pertanyaan itu berhasil dijawab dengan baik lewat kisah hidup Adaline ini. Penjelasan penyebab Adaline bisa seperti ini pun dihadirkan dengan baik penuh dengan misterius namun tetap hangat dan lembut.
Teknis visual, setting tempat dan setting waktu dihadirkan dengan lembut oleh David Lanzenberg, memacarkan aroma misterius, vintage sekaligus romantis. Tetapi kekuatan terbesar The Age of Andeline ini tidak melulu pada konsep kisah fantasinya, tetapi juga pada diri Blake Lively yang tampil fantastis menggerakan narasinya, tidak hanya pesona fisik dan kecantikannya namun bagaimana ia mengisi jiwa Adaline dengan sempurna lengkap dengan kekuatan dan kerapuhannya. Dan yang terpenting lagi, ia bisa membuat penontonnya peduli dan bersimpati pada karakternya, sesuatu yang sangat dibutuhkan untuk sebuah film yang memfokuskan pada satu karakter. Jajaran pemain pendukung pun tampil tak kalah fantastis dari istri Ryan Renolds ini. Sebut saja, Michiel Huisman dari series Game of Thrones sebagai Ellis Jones yang kharismatik sampai nama-nama senior seperti Ellen Burstyn, Kathy Baker dan Harrison Ford. Khusus buat Ford, meski porsinya tidak terlalu banyak namun penampilannya sebagai William Jones memberikan sebuah kejutan luar biasa pada cerita yang disajikan. Acungan jempol juga untuk Narrator yang dibacakan oleh Hugh Ross. Narasi yang diucapkannya membuat The Age of Adaline semakin indah sebagai sebuah dongeng modern.
Overall, secara keseluruhan The Age of Adaline memuaskan! Salah satu Film drama Hollywood terbaik di tahun 2015 ini. "Everything is not make sense without her" - Ellis Jones


[8.5/10Bintang]

[Review] Jurassic World: Terror Di Wahana Wisata Dinosaurus

- Tidak ada komentar

#Description:
Title: Jurassic World (2015)
Casts: Chris Pratt, Bryce Dallas Howard, Vincent D'Onofrio, Ty Simpkins, Nick Robinson, Irrfan Khan, Jake Johnson, BD Wong, Judy Greer, Lauren Lapkus, Katie McGrath
Director: Colin Trevorrow
Studio: Universal Pictures, Amblin Entertainment, Legendary Pictures


#Trailer:


Official Trailer Jurassic World (2015)


#Synopsis:
22 Tahun setelah kejadian Jurassic Park (1993) seorang pengusaha sukses bernama Simon Masrani (Irrfan Khan) dan Dr.Henry Wu (BD Wong) ingin mencoba "menghidupkan" kembali warisan dari John Hammond (Richard Attenborough) yaitu membuka sebuah taman wisata yang berisi hewan-hewan dinosaurus yang diberi nama Jurassic World. Lokasinya pun sama persis dengan lokasi Jurassic Park yaitu di Isla Nublar Island wilayah Costa Rica.
Tak hanya itu, Simon Masrani memberikan sentuhan lebih modern dan lebih canggih pada Jurassic World nya. Namun sayang, beberapa tahun belakangan ini, tingkat wisatawan yang berkunjung ke Jurassic World cenderung menurun. Untuk itu, Simon kemudian meminta bantuan pada Dr.Henry Wu untuk menciptakan spesies dinosaurus baru untuk menarik kembali minat para wisatawan untuk berkunjung ke Jurassic World.
Semuanya berjalan dengan baik. Jurassic World berhasil meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung berkat kini para wisatawan bisa berinteraksi, melihat pertunjukan mosasaurus raksasa didasar laut bahkan menunggangi dinosaurus secara langsung. 
Bekerjasama dengan Dr.Claire Dearing (Bryce Dallas Howard), Dr.Henry Wu berhasil menciptakan spesies dinosaurus baru bernama Indominus Rex yang merupakan pencampuran genetik dinosaurus dan beberapa hewan lainnya. Tujuannya sama yaitu untuk terus menambah jumlah wisatawan yang berkunjung.
Disisi lain, keponakan dari Dr.Claire yaitu Zach (Nick Robinson) dan adiknya Gray (Ty Simpkins) berkunjung ke taman Jurassic World untuk berlibur selagi orangtua mereka tengah dalam proses perceraian. Kedua orangtuanya menitipkan pada Dr.Claire agar mereka berdua tidak sedih mengetahui orangtua nya akan berpisah.
Diluar dugaan, spesies dinosaurus yang diciptakan Dr.Henry Wu dan Dr.Claire ternyata jauh lebih cerdas dibandingkan spesies dinosaurus lainnya. Indominus Rex pun menjadi ancaman serius bagi dinosaurus dan para wisatawan yang sedang berkunjung ke Jurassic World. Dengan dibantu oleh Mr.Owen (Chris Pratt) seorang peneliti yang ahli dalam dunia dinosaurus bisakah para pengelola Jurassic World menghentikan terror Indominus Rex dan menyelamatkan puluhan ribu wisatawan yang tengah berlibur?


#Review:
Kesuksesan Film Jurassic Park (1993) karya salah satu sutradara terbaik Hollywood yaitu Stephen Spielberg masih terasa hingga saat ini. Pada saat itu dimana teknologi belum secanggih seperti sekarang, Spielberg berhasil menyuguhkan sebuah visual tentang taman wisata dinosaurus yang takkan pernah bisa dilupakan selamanya.
Kali ini ditahun 2015, Jurassic Park "versi modern" akhirnya dibuka untuk umum. Kali ini "kepemilikan" taman Jurassic World tidak dipegang oleh Spielberg namun diserahkan kepada Colin Trevorrow. Lantas, apakah taman Jurassic World akan jauh lebih spektakuler dibandingkan taman Jurassic Park milik Spielberg?
Harus diakui visual Jurassic World sangat berhasil menyuguhkan pengalaman tak terlupakan bermain di taman dinosaurus. Modernisasi yang dihadirkan di Jurassic World pun semakin memberikan kesan "wah" dan takjub ketika menyaksikannya. Segi cerita yang dihadirkan pun lebih meluas tidak hanya tentang survive. Konflik kecil tentang kepercayaan antar keluarga, konflik emosional antara dinosaurus dan manusia serta konflik kepentingan politik militer sedikit diselipkan pada Jurassic World kali ini.
Jajaran pemain pun tampil lumayan memuaskan. Chemistry satu sama lain cukup meyakinkan. Chris Pratt semakin menunjukkan kegemilangannya dalam dunia seni peran. Ia berhasil menghadirkan emosi yang kuat dengan para dinosaurus "didikannya". 
Tak hanya itu, Jurassic World juga tidak melupakan dan menghormati akan sejarah. Beberapa set dan adegan di Jurassic World ada sedikit yang menampilkan kenangan-kenangan tentang Jurassic Park. Inilah yang menjadi salah satu poin lebih untuk taman Jurassic World "milik" Colin Trevorrow.
Overall secara keseluruhan Jurassic World berhasil menghadirkan Jurassic Park versi modern. Tapi, Jurassic Park it's the best dinosaurs theme park ever for me!



[8/10Bintang]

[Review] Pitch Perfect 2: The Barden Bellas Are Back!

- Tidak ada komentar

#Description:
Title: Pitch Perfect 2 (2015)
Casts: Anna Kendrick, Rebel Wilson, Hailee Steinfeld, Brittany Snow, Hana Mae Lee, Easter Dean,  Skylar Astin, Adam Devine, Chrisstie Fit, Anna Camp, Ben Platt, Katey Sagal, Birgitte Hjort Sorensen, Flula Borg, Elizabeth Banks
Director: Elizabeth Banks
Studio: Gold Orange Circle, Universal Pictures


#Trailer:

Official Trailer Pitch Perfect 2 (2015)


#Synopsis:
Menyandang gelar juara tiga kali dalam lomba acapella tingkat nasional membuat The Barden Bellas grup acapella dari Barden University semakin populer. Namun, kepopuleran grup acapella yang berisi Beca (Anna Kendrick), Chloe (Britanny Snow), Fat Amy (Rebel Wilson), Lily (Hana Mae Lee), Rose (Easter Dean) dan Flo (Chrisstie Fit) terpaksa harus tercoreng saat mereka tampil dalam sebuah pertunjukan dimana terjadi insiden konyol dan memalukan yang tak sengaja dilakukan oleh Fat Amy. Di pertunjukan tersebut disaksikan langsung oleh Presiden Obama beserta Istri dan ditonton jutaan warga Amerika Serikat lainnya. Insiden memalukan itu lantas membuat The Barden Bellas mendapat cibiran yang meluas. Pihak kampus pun mengambil tindakan untuk skorsing The Barden Bellas dari segala aktivitas lomba dimanapun, melarang perekrutan anggota baru hingga terancam dibubarkan.
Satu-satunya cara untuk mengembalikan nama baik The Barden Bellas adalah mereka harus mengikuti ajang kompetisi acapella tingkat dunia yang akan dilaksanakan di Kopenhagen Eropa, meskipun ajang tersebut tidak pernah satu kalipun berpihak kepada team yang berasal dari Amerika Serikat. Demi mengembalikan nama baik Bellas, mereka terus berjuang berlatih. Namun, kekompakan dan keharmonisan acapella Bellas malah semakin berubah tiap mereka tampil. Ditambah kini Beca mempunyai fokus dan kesibukan menjadi karyawan magang disebuah label rekaman yang menuntut para karyawan nya untuk bisa memberikan ide serta karya yang orisinil.
Untuk mengembalikan keharmonisan acapella Bellas, Chloe (Britanny Snow) kemudian mempunyai ide untuk melakukan kegiatan camping disebuah tempat camp yang ternyata dimiliki oleh senior The Barden Bellas yaitu Aubrey (Anna Camp).
Disisi lain, kisah cinta juga ikut mewarnai perjalanan The Barden Bellas. Beca dengan Jesse (Skylar Astin) yang merupakan personel The Treblemakers, grup acapella yang dahulu merupakan pesaing The Barden Bellas dikampus. Kemudian Fat Amy dan Bumper (Adam Devin) mantan personel The Treblemakers yang sangat terobsesi untuk bisa terkenal dan yang terakhir Emily (Hailee Steinfeld) anggota baru The Barden Bellas yang merupakan anak dari The Barden Bellas generasi 80'an bernama Katherine Junk (Katey Sagal) yang menjalin pendekatan dengan Benji (Ben Platt).
Bisakah The Barden Bellas mengembalikan nama baik mereka dengan mengikuti kompetisi acapella tingkat dunia? Meskipun lawan-lawan mereka sangatlah berat. Salah satunya adalah grup acapella asal jerman Das Sound Machine yang dikomandoi oleh Pieter Kramar (Flula Borg) dan Kommisar (Brigitte Hjort Sorensen).


#Review:
Kesuksesan PITCH PERFECT (2012) sebagai salah satu film musikal komedi yang bagus dan mencuri perhatian pecinta film membuat Univesal Pictures tidak berpikir dua kali untuk membuatkan sekuelnya. Kali ini ditangan Elizabeth Banks, keseruan PITCH PERFECT 2 meningkat dua kali lipat dibandingkan film pertamanya. Elizabeth Banks berhasil menyajikan PITCH PERFECT 2 lebih luas jangkauannya. di kelanjutan film keduanya ini, para Bellas hadir out of the box. Karakter para anggota Bellas tampil sangat memukau dan jauh lebih liar dan dewasa. Keseruan itu semakin berlanjut ketika beberapa lagu lagu generasi 80'an hingga generasi kekinian dibawakan oleh The Barden Bellas dan Das Sound Machine secara acapella serta diiringi dengan dance yang membuat mata serta telinga terpana.
PITCH PERFECT 2 pun tak hanya bercerita tentang sebuah kompetisi. Sang sutradara dan penulis pun menyelipkan beberapa kisah cinta yang aneh, rumit dan menyenangkan lewat karakter Fat Amy, Bumper, Beca, Benji, Emily dan Jesse. Moment mengharukan pun tak lupa mereka sisipkan saat para Bellas saling curhat mengenai "Apa yang akan kamu lakukan setelah selesai wisuda?" di camp perkemahan. Siapapun dijamin pasti bakal menitikan air mata pada bagian itu. 
Klimaks dari PITCH PERFECT 2 pun semakin PERFECT ketika akhir film. Ditutup dengan sangat megah dan meriah lewat penampilan The Barden Bellas membawakan lagu Flashlight. Tak terasa pula air mata kembali menetes melihat para Bellas beraksi untuk mengembalikan nama baik mereka.
Overall, secara keseluruhan PITCH PERFECT 2 sangat memuaskan. Jauh lebih menghibur, meriah dan lebih gila-gilaan! Superb Acawesome!


[9/10Bintang]

[Review] Demonic: Misteri Di Balik Pembantaian Sekelompok Remaja Di Rumah Kosong

- Tidak ada komentar


#Description:
Title: Demonic: The Horror House (2015)
Casts: Frank Grillo, Dustin Milligan, Maria Bello, Cody Horn, Megan Park, Scott Mechlowicz, Aaron Yoo, Alex Goode, Ashton Leigh, Terence Rosemore
Director: Will Canon
Studio: Dimension Films, First Point Entertainment


#Trailer:

Official Trailer Demonic (2015)


#Synopsis:
Detektif Mark Lewis (Frank Grillo) mendapatkan tugas untuk menyelidiki kasus terbunuhnya 4 orang terbunuh dan 1 orang selamat disebuah rumah tak berpenghuni yang dahulu terkenal dengan pemiliknya bernama Martha Livingstone. Satu orang yang selamat itu adalah John (Dustin Milligan). Keempat orang lainnya yaitu Michelle (Cody Horn) pacar dari John yang tengah hamil muda, Jules (Megan Park), Donnie (Aaron Yoo) dan Sam (Alex Goode) kakak kandung dari John.
John sangat shock atas kejadian yang baru saja menimpanya. Ia tak percaya semua kegiatan yang ia lakukan bersama keempat orang terdekatnya itu berubah menjadi petaka. Pihak kepolisian kemudian mendatangkan Psikolog bernama Dr. Elizabeth Klein (Maria Bello) untuk mencoba menenangkan John dan meminta kesaksian serta keterangan dari satu-satunya orang yang selamat dari peristiwa tersebut.
Seiring berjalannya waktu, Detektif Mark Lewis kemudian terus mencari segala informasi dan barang bukti yang mungkin masih tertinggal dirumah itu. Ia kemudian menemukan beberapa rekaman CCTV dan handy-cam yang John dan keempat orang lainnya pasang ditiap sudut rumah. Setelah melihat semua rekaman yang dipasang, sang detektif mengetahui kalau kelima orang tersebut tengah melakukan sebuah aktifitas gaib untuk membuktikan bahwa rumah tersebut ada penunggunya atau tidak.
Disisi lain, John memberikan kesaksian kepada Dr. Elizabeth Klein tentang peristiwa sebelum mengalami kejadian menyeramkan itu. Ia bercerita bahwa kakaknya yaitu Sam sangat penasaran ingin membuktikan jika rumah yang dahulu dihuni oleh Martha Livingstone itu berhantu. Mereka kemudian masuk dan melakukan ritual gaib untuk membuktikannya. Elizabeth kemudian menyuruh tim kepolisian untuk menyelidiki sejarah rumah tersebut dan siapa Martha Livingstone.
Berkat kesaksian John, Dr.Elizabeth dan Detektif Mark kemudian mengetahui siapa sosok Martha Livingstone itu dan semakin menemukan titik terang ketika beberapa rekaman yang ditemukan semakin membantu dalam mencari sosok misterius yang telah membantai sekelompok remaja di rumah tak berpenghuni itu.


#Review:
Jika Film Horror yang mempunyai embel-embel James Wan entah mengapa selalu membuat saya tertarik untuk menontonnya. Meskipun beliau hanya duduk dibangku produser atau eksekutif produser saja.
Kali ini sebuah Film Horror yang diproduseri oleh James Wan dan diproduksi konon secara kecil-kecilan ini diberi judul Demonic yang sebelum dirilis kepasaran berjudul The Horror House. Dan mengejutkan! Meskipun tidak diproduksi oleh rumah produksi ternama seperti BlumHouse, WanerBros, Lionsgate, ataupun Sony Pictures, Film Demonic ini berhasil menyajikan horror yang mengasyikkan dengan durasi waktu hanya sekitar 90menitan.
Film Demonic ini memberikan sensasi menarik dan membuat penasaran disepanjang film. Film arahan Will Canon ini seperti perpaduan antara Film The Conjuring, Paranormal Activity dan Deliver Us From Evil dimana unsur mistik, foundfootage dan kepolisian dilibatkan disepanjang film. Inilah yang menjadi poin lebih untuk Film Demonic.
Tak hanya itu, intense ketegangan dan jumpscared nya pun terjaga dengan baik hingga akhir film. Twist yang dihadirkan pun tergolong berhasil disajikan. Jajaran pemain dalam film yang ada embel-embel James Wan nya pun juga selalu memberikan penampilan terbaiknya.
Overall, secara keseluruhan Fim Demonic ini memuaskan. Sekali lagi James Wan membuktikan bahwa beliau adalah sutradara serba bisa dalam semua genre film. The Conjuring, Insidious, Furious 7 dan Demonic adalah contoh terbaiknya.



[8/10Bintang]

[Review] Insidious Chapter 3: Terror Dari The Man Who Can't Breathe

- Tidak ada komentar


#Description:
Title: Insidious Chapter 3 (2015)
Casts: Stefani Scott, Lin Shayne, Tata Berney, Angus Sampson, Leigh Whannell, Dermot Mulroney, Michael Reid MacKay, Elle Keats, Jeris Poindexter, Tom Fitzpatrick
Director: Leigh Whannell
Studio: BlumHouse Production, Entertainment One, Stage 6, Sony Entertainment


#Trailer:

Official Trailer Insidious Chapter 3  (2015)


#Sinopsis:
Kejadian bermula beberapa tahun sebelum terror yang menghantui Keluarga Lambert (Rose Byrne, Patrick Wilson & Ty Simpkins). Seorang gadis bernama Quinn Berner datang menemui Elise Rainier (Lin Shaye). Ia memohon untuk bisa berkomunikasi dengan almarhum ibunya Lily Brenner (Elle Keats) yang sudah meninggal beberapa waktu yang lalu akibat kanker payudara yang dideritanya. Sebelum bertemu dengan Elise, Quinn selalu mencoba “berkomunikasi” dengan ibunya tanpa bantuan siapapun tiap malam dikamarnya. Quinn merasakan jika semua usaha yang ia lakukan itu mendapatkan sebuah respon. Ia yakin bahwa itu adalah respon dari almarhum ibunya.
Namun ketika Elise Rainer mencoba melihat melalui mata batinnya, ia terkejut ternyata sosok yang merespon semua usaha yang dilakukan oleh Quinn bukanlah dari almarhum ibunya melainkan dari sosok mahkhluk jahat yang mencoba mengincar jiwa Quinn.
Dan ternyata benar, sepulang dari rumah Elise, Quinn mengalami hal-hal aneh seperti suara suara ganjil, bayangan misterius hingga menyebabkan ia tertabrak mobil yang menyebabkan kakinya harus di gips. Gangguan-gangguan dari sosok misterius yang berada dirumah keluarga Brenner semakin parah dan mengancam keselamatan Quinn.
Mendengar Quinn yang terus diterror oleh sosok misterius itu, Elise Rainier akhirnya mau membantu Quinn terbebas dari gangguan sosok itu. Ia yang sebelumnya sudah menyatakan “pensiun” dalam dunia cenayang kini harus berjuang mengembalikan Quinn dari tangan The Man Who Can’t Breathe (Michael Raid MacKay), sosok misterius yang mencoba merenggut jiwa Quinn yang dibantu oleh Tucker (Angus Sampson) dan Specs (Leigh Whannell) Duo “Pemburu Hantu” yang terkenal di dunia maya.
Bisakah Elise menyelamatkan Quinn? Dan siapakah sosok The Man Who Can’t Breathe yang mengincar jiwa Quinn itu?

#Review:
Kesuksesan Franchise Insidious sebagai salah satu Franchise Horror Terbaik milik Hollywood tak bisa dipungkiri berkat tangan dingin seorang James Wan yang duduk di bangku sutradara. Beliau berhasil membawa film horror miliknya seperti Franchise INSIDIOUS dan THE CONJURING menjadi salah satu Film Horror Hollywood yang berkualitas dan terbaik yang pernah dibuat.
Kini lewat Insidious Chapter 3 (2015) James Wan mencoba memberikan jabatan sutradara nya kepada Leigh Whannell yang merupakan penulis skenario dari seri Insidious sebelumnya. James Wan kali ini hanya duduk sebagai seorang produser saja.
Lalu bagaimanakah dengan hasilnya? Insidious Chapter 3 cukup berhasil menjadi sebuah film horror yang mengutamakan kualitas cerita seperti seri Insidious sebelumnya. Leigh Whannell melakukan tugasnya dengan baik dengan memberikan ketegangan dan atmosfir horror yang dibangun dari awal hingga akhir film. Intense jump-scarednya pun lumayan bikin kaget sekaget-kagetnya. Ditambah dengan iringan musik Joseph Bishara yang membuat Film Insidious Chapter 3 semakin horror.
Jajaran pemain yang mayoritas pemain baru memberikan penampilan memukaunya.  Lin Shayne sangat menjiwai perannya sebagai seorang cenayang bernama Elise Rainier. Stefani Scott yang sekilas mirip perpaduan antara Prilly Latuconsina dan Deasy Bowman ini juga memberikan penampilan terbaiknya dalam memerankan sosok gadis yang terus dihantui oleh terror.
Selain menyeramkan, di Insidious Chapter 3 ini juga memberikan sisi komedi lewat karakter duo Ghostbuster Angus dan Specs yang sukses memberikan humor ditengah suasana menyeramkan dan menegangkan.
Overall secara keseluruhan Insidious Chapter 3 memuaskan. Can’t wait for another Darkest Chapter from Insidious!

"Love someone is only delaying the sadness" Best quotes from Elise Reiner on Insidious Chapter 3

[8.5/10Bintang]

Sharing Is Caring