Cari Blog Ini

Gambar tema oleh Storman. Diberdayakan oleh Blogger.
Tampilkan postingan dengan label Film Indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Film Indonesia. Tampilkan semua postingan

[Review] Sweet 20: Seorang Nenek Yang Kembali Menjadi Berusia Muda

- Tidak ada komentar


#Description:
Title: Sweet 20 (2017)
Casts: Tatjana Saphira, Niniek L. Kariem, Morgan Oey, Kevin Julio, Slamet Rahardjo, Widyawati, Lukman Sardi, Cut Mini, Alexa Key, Tika Panggabean, Tommy Limm, Ardit Erwandha
Director: Ody C. Harahap
Studio: Starvision Plus & CJ Entertainment


#Synopsis:
Bercerita tentang seorang nenek lanjut usia bernama Fatmawati (Niniek L. Kariem). Ia kini tinggal bersama keluarga dari anak semata wayangnya bernama Aditya (Lukman Sardi) yang berprofesi sebagai dosen. Kehadiran Fatmawati diantara keluarga Aditya membuat sang istri, Salma (Cut Mini) dan Luna (Alexa Key) harus extra sabar menghadapi kebawelannya. Suatu hari, Fatmawati tak sengaja mendengar obrolan antara Aditya dan Salma yang berencana memindahkan Fatmawati ke Panti Jompo. Mendengar hal itu, Fatmawati merasa sakit hati akan sikap dan rencana yang akan dilakukan oleh anak kesayangannya itu. Ia memutuskan untuk pergi dari rumah itu.


Ditengah rasa sedihnya dan tak tau arah, Fatmawati menemukan sebuah tempat Foto Studio bernama "Forever Young". Ia lalu masuk dan melakukan sesi pemotretan yang rencananya untuk foto pemakamannya kelak. Usai sesi pemotretan, Fatmawati bertransformasi hingga 50 tahun lebih muda dari usianya. Fatmawati dibuat kaget setengah mati melihat dirinya yang kini berusia 20 tahun.


Untuk menghindari kecurigaan, Fatmawati memutuskan untuk mengganti identitasnya menjadi Mieke (Tatjana Saphira). Karena Fatmawati sangat mengidolakan sosok artis Mieke Wijaya. Fatmawati muda berusaha mewujudkan mimpi-mimpinya yang tak bisa ia wujudkan ketika ia masih muda dulu.
Kecantikan dan keunikan Fatma yang kini bernama Mieke membuat 3 pria dibuat jatuh hati. Hamzah (Slamet Rahardjo) pemilik tempat tinggal sementara Mieke, lalu Juna (Kevin Julio) seorang musisi yang sekaligus cucu laki-lakinya dan Allan (Morgan Oey) seorang produser tv musik.


#Review:
Film SWEET 20 (2017) ini merupakan sebuah Remake Resmi dari Film asal Korea Selatan berjudul MISS GRANNY (2014). Saking bagus dan lucunya, beberapa negara pun ikut me-remake film tersebut. Diantaranya adalah China dengan judul 20 ONCE AGAIN (2015), kemudian Vietnam dengan judul sama, SWEET 20 (2015), lalu Jepang dengan judul SUSPICIOUS GIRL (2016) dan menyusul negara-negara lainnya (Vietnam, Thailand, Spanyol dan Philipina) yang akan ikut me-remake film ini.
Indonesia pun tak ketinggalan ingin me-remake film ini. Starvision Plus secara eksklusif mendapat lisensi dari CJ Entertainment untuk membuat kembali Miss Granny versi Indonesia. Mendengar kata "Remake" gue sedikit pesimis lantaran hasilnya pasti hanya copy-paste semata dari versi aslinya. Ditambah lagi kekecewaan gue terhadap remake I FINE.. THANKYOU.. LOVE YOU (2014) berjudul LOVE YOU.. LOVE YOU NOT (2016) yang dibintangi Chelsea Islan dan Hamish Daud lalu yang membuat gue meragukan Film SWEET 20 (2017) ini.


Tapi rasa ragu, pesimis dan pasang ekspektasi rendah gue terhadap film ini dibuang jauh-jauh usai menyaksikan filmnya. Filmnya jauh lebih baik daripada remake LOVE YOU.. LOVE YOU NOT (2016) itu. Meskipun jelas terdapat kemiripan plot cerita, tapi Film SWEET 20 (2017) yang ditulis oleh Upi (My Stupid Boss) ini mempunyai sisi kreatif yang harus diacungi jempol. Upi dan Ody C. Harahap memberikan unsur kearifan lokal dalam cerita, bahan komedi dan gaya bahasanya.
Dirilis pada saat Libur Lebaran, Film SWEET 20 (2017) juga tak lupa menyertakan adegan suasana lebaran. Ini yang menjadi terasa begitu "Lebaran Banget" ketika nonton film ini di bioskop. Tak hanya itu saja, bahan komedi tentang sinetron stripping dalam film ini sangatlah sukses mengocok perut. Inilah bentuk kreatifitas seorang Upi dan Ody C. Harahap (Kapan Kawin?) dalam menghadirkan cerita seru untuk film SWEET 20 (2017). Keunikan lainnya dari Film SWEET 20 (2017) ini terletak pada adu chemistry antara Tatjana Saphira dengan para pemain seniornya. Tatjana tak terlihat sama sekali canggung harus berantem dengan artis sekaliber Slamet Rahardjo, Tika Panggabean hingga Widyawati! Haha. Sisi drama nya cukup sukses membuat bioskop kala itu mengharu biru dan diakhiri dengan cerita yang begitu SWEET!


Jajaran pemain pun tak kalah memukaunya. Tatjana Saphira selaku main-cast dalam film ini sangat sukses memerankan sosok Fatma muda. Gesture serta sisi komedi dalam dirinya ternyata sangat LUCU & EDAN! Chemistry yang ia lakukan bersama Niniek L. Kariem begitu klop dan terasa seperti nyata bahwa Niniek L. Kariem beneran berubah jadi Tatjana Saphira. Gue yakin di berbagai ajang penghargaan film nasional untuk tahun ini, Tatjana Saphira bisa masuk kandidat terkuat untuk Aktris Utama Terbaik. Pemain lainnya pun memberikan performa tak mengecewakan. Kevin Julio dan Morgan Oey sukses jadi pemanis cerita yang pas untuk bagian love-crush nya. Pemain senior dalam film ini juga sukses memerankan perannya masing-masing dengan apik. Kapanlagi bisa melihat sosok Widyawati ganjen Haha..
Poin yang sedikit disayangkan dalam film ini mungkin lipsync yang dilakukan oleh Tatjana Saphira terlalu terlihat banget. Andai bisa lebih diperhalus, pasti jauh lebih memukau.
Overall, Film SWEET 20 (2017) memuaskan! Sebuah Remake Film yang sangat wajib diapresiasi!


[9/10Bintang]

[Review] Jailangkung: Terror Boneka Jailangkung Dari Alaskeramat

- Tidak ada komentar


#Description:
Title: Jailangkung (2017)
Casts: Jefri Nichol, Amanda Rawles, Hannah Al-Rashid, Lukman Sardi, Wulan Guritno, Gabriella Quinlynn, Augie Fantinus, Bhutet Kartaredjasa
Director: Rizal Mantovani, Jose Poernomo
Studio: Screenplay Films & Legacy Pictures


#Synopsis:
Ketiga kakak beradik yaitu Angel (Hannah Al-Rashid), Bella (Amanda Rawles) dan Tasya (Gabriella Quinlynn) dibuat kaget sekaligus bertanya-tanya dengan apa yang menimpa ayah mereka, Ferdi (Lukman Sardi) yang tiba-tiba ditemukan tak sadarkan diri disebuah rumah terpencil yang berada pulau bernama Alaskeramat. Dokter pun tidak bisa memberikan diagnosa apapun terhadap kondisi Ferdi karena tidak ada tanda-tanda penyakit atau gangguan dalam tubuh Ferdi.


Karena tak mendapatkan jawaban memuaskan, Bella kemudian tak sengaja bertemu dengan Rama (Jefri Nichol) teman kampusnya yang tertarik akan peristiwa metafisika atau hal-hal diluar logika manusia. Rama dan Bella memutuskan untuk mencari tahu penyebab ayahnya yang tiba-tiba tak sadarkan diri itu. Tak lupa juga Angel serta Tasya ikut menemani Bella dan Rama pergi ke rumah terpencil di Pulau Alaskeramat itu.
Dengan dibantu oleh Kapten Wardana (Augie Fantinus), mereka terbang ke Pulau Alaskeramat. Tiba disana, mereka menemukan sebuah Boneka Kayu Jailangkung. Rama meyakini penyebab Ferdi tak sadarkan diri itu gara-gara beliau memainkan Boneka Jailangkung untuk berkomunikasi dengan almarhum isterinya, Sarah (Wulan Guritno) yang meninggal usai melahirkan Tasya.



Usai pulang dari Pulau Alaskeramat, terror Boneka Jailangkung terus berlanjut dan kini menimpa Angel, Bella hingga Tasya. Ketiganya terus dihantui oleh arwah-arwah jahat yang ikut terpanggil usai ayah mereka bermain Boneka Jailangkung. Sosok misterius itu bernama Matianak yang ikut terpanggil ketika Ferdi melakukan ritual bermain Boneka Jailangkung. Rama kemudian memutuskan untuk meminta saran dari Eyang (Bhutet Kartaredjasa) bagaimana untuk menghentikan terror Boneka Jailangkung itu. Eyang kemudian memberikan mantra "Datang Gendong.. Pulang Bopong" yang artinya bahwa roh yang telah dipanggil pasti akan datang dan ketika akan memulangkannya kembali harus dengan cara membopongnya.
Bisakah Rama menghentikan terror Boneka Jailangkung dari Alaskeramat yang menimpa keluarga Ferdi?

#Review:
Kesuksesan Film JELANGKUNG (2001) kala itu sepertinya membuat Rumah Produksi Screenplay Films dan Legacy Pictures tertarik untuk membuat sebuah remake dari Film horror fenomenal itu. Dengan menggelontorkan dana yang konon mencapai 10 Miliar Rupiah, menggaet kembali nama Rizal Mantovani dan Jose Poernomo sebagai sutradara, lalu dibintangi oleh jajaran pemain yang tengah melambung seperti Jefri Nichol dan Amanda Rawles, serta menjanjikan visual horror yang mengesankan dan yang terakhir, duet Rumah Produksi ini sangat optimis merilis Film JAILANGKUNG (2017) ini pada moment Lebaran 2017. Tak heran membuat gue penasaran akan project optimis dari Screenplay Films dan Legacy Pictures ini.
Film JAILANGKUNG (2017) versi terkini harus diakui jauh lebih masif dalam budget produksi. Hal ini sangat terlihat jelas dari atmosfir horror yang gak murahan, setting tempat yang melibatkan banyak lokasi diberbagai daerah di Indonesia, pengambilan gambar serta gerak kamera yang sangat memukau disepanjang film. Rizal Mantovani dan Jose Poernomo melakukan tugasnya dengan amat baik pada bagian-bagian tersebut. Hal tersebut menjadi poin tertinggi untuk film ini.


Namun dibalik itu semua, masih ada beberapa poin yang gue rasa ada kekurangannya. Film JAILANGKUNG (2017) ini sangat mengeksplor chemistry Jefri Nichol dan Amanda Rawles. Keduanya benar-benar dijadikan pusat cerita disepanjang film. Hal tersebut malah menurut gue jadi menutup sisi cerita mistis tentang asal usul Boneka Jailangkung dan penjelasan tentang Mantra "Datang Gendong.. Pulang Bopong.." itu. Karakter lainnya juga (yang jauh lebih meyakinkan seperti karakter Angel yang diperankan Hannah Al-Rashid) jadi ikut tenggelam juga gara-gara over-exposed pada karakter Rama dan Bella. Padahal sepengelihatan gue disepanjang film, chemistry serta akting dari Jefri Nichol dan Amanda Rawles dalam film ini belum sepenuhnya horror dan nanggung. Penggunaan Jefri Nichol dan Amanda Rawles sangat terlihat sebagai penggaet untuk penonton belia usai kemarin keduanya sukses merebut ratusan ribu penonton lewat Film DEAR NATHAN (2017). Part horror Angel yang diperankan oleh Hannah Al-Rashid serta adegan tangga darurat menjadi salah satu part terbaik disini. Rizal Mantovani dan Jose Poernomo mengambil shoot kamera nya begitu apik dan mengesankan. Penggunaan fitur gadget dalam film ini pun cukup berhasil dan efektif masuk ke cerita mewakili bahwa Film JAILANGKUNG (2017) ini memang terjadi pada kehidupan modern.
Gue juga cukup menyayangkan durasi Film JAILANGKUNG (2017) ini cukup singkat sama seperti Film DANUR (2017). Padahal jika dilihat dari plot cerita serta budget produksi yang dikeluarkan, tak ada salahnya jika Film JAILANGKUNG (2017) mempunyai durasi lebih lama pasti semua plot dan subplot diterangkan dengan jelas. Apalagi untuk asal usul Boneka Jailangkung dan Alaskeramat disini kurang dieksplor dengan baik.
Overall, Film JAILANGKUNG (2017) tampil cukup meyakinkan diawal film, meskipun ada sedikit kekurangan dibeberapa bagian. Semoga kedepannya Rizal Mantovani dan Jose Poernomo bisa konsisten dan membuat sebuah Cinematic Universe tentang film-film horror yang mereka akan produksi kedepannya.


Intip Fakta Menarik seputar Film JAILANGKUNG (2017) disini.


[7.5/10Bintang]

Fakta Menarik Seputar Film Jailangkung

- Tidak ada komentar


Sosok boneka kayu pemanggil roh yang menjadi legenda di Indonesia yaitu Jelangkung sepertinya tidak akan pernah habis untuk dibuatkan cerita filmnya. Film JELANGKUNG (2001) yang merupakan Film Horror Indonesia pertama yang menceritakan boneka Jelangkung ini sukses besar di tangga box office ketika rilis di Bioskop Indonesia. Film yang disutradarai oleh Rizal Mantovani dan Jose Poernomo itu sukses membangkitkan Film Horror Indonesia ditengah kondisi Industri Film Indonesia sedang lesu. Film yang dibintangi Winky Wiryawan, Melanie Aryanto, Rony Dozer dan Harry Pantja juga menjadi salah satu Film Horror Indonesia Terbaik sepanjang masa. Tak lupa juga Film JELANGKUNG (2001) menghadirkan beberapa hal iconic yang masih terngiang hingga saat ini. Sebut saja tagline "Datang tak dijemput, pulang tak diantar" kemudian lokasi fiktif bernama Angker Batu dan juga sosok hantu Suster Ngesot. Nama Angker Batu dan Suster Ngesot pun dibuatkan film solonya yang sama-sama dirilis pada tahun 2007.


Poster Film Jelangkung (2001)

Kesuksesan Film JELANGKUNG (2001) membuat rumah produksinya yaitu ReXinema Pictures membuatkan sekuelnya berjudul TUSUK JELANGKUNG (2003) yang kali ini disutradarai oleh Dimas Djayadiningrat. Film ini juga mendapat respon positif dan melambungkan nama nama pemainnya seperti Samuel Rizal, Marcella Zalianty, Dinna Olivia dan Thomas Nawilis. Film ini pun berlanjut pada seri ketiga nya berjudul JELANGKUNG 3 (2007). Namun sayang, seri ketiga nya ini tidak mendapat respon positif dari pecinta Film Indonesia. Banyak kritik yang diterima Film JELANGKUNG 3 (2007) lantaran film yang disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko itu tidak ada sangkut pautnya dengan dua series sebelumnya. Film JELANGKUNG (2007) juga merupakan film terakhir yang diproduksi oleh ReXinema Pictures selaku penggagas cerita original Jelangkung.

         


Poster Film Tusuk Jelangkung (2003) dan Jelangkung 3 (2007)

Ditahun 2017 ini duo Rizal Mantovani dan Jose Poernomo kembali berkolaborasi membuat sebuah Film Horror tentang sosok boneka Jelangkung yang kali ini diberi nama Jailangkung. Film ini diproduksi oleh Screenplay Films yang bekerja sama dengan Legacy Pictures. Alasan kedua sutradara spesialis horror tersebut mengganti nama Jelangkung menjadi Jailangkung dikarenakan masalah hak cipta dimana nama Jelangkung masih dipegang oleh ReXinema Pictures dan kisah Jailangkung yang dibuat ini 100% baru dan tidak ada kaitannya dengan Trilogi Jelangkung.

Berikut adalah beberapa fakta menarik seputar Film JAILANGKUNG (2017) yang akan dirilis pada Lebaran 2017:

1. Film JAILANGKUNG (2017) dibintangi oleh sederet aktris dan aktor yang tengah populer saat ini. Sebut saja Jefri Nichol dan Amanda Rawles. Keduanya menjadi bintang utama difilm ini. Sebelumnya, Nichol dan Amanda sukses berkolaborasi dalam Film DEAR NATHAN (2017) yang berhasil meraih ratusan ribu penonton diseluruh bioskop Indonesia. Selain mereka, ada juga Lukman Sardi, Wulan Guritno, Butet Kartaredjasa, Augie Fantinus hingga Hannah Al-Rashid yang ikut memperkuat jajaran pemain Film JAILANGKUNG (2017) ini.

2. Film JAILANGKUNG (2017) ini konon menjadi Film Horror Indonesia Termahal yang dibuat. Screenplay Films dan Legacy Pictures mengklaim total biaya produksi film ini menelan biaya mencapai 10 Miliar Rupiah.

3. Film JAILANGKUNG (2017) ini merupakan film yang tidak ada kaitannya dengan Trilogi Jelangkung. Film ini menceritakan sebuah keluarga yang mencari tahu penyebab sang ayah tiba-tiba jatuh sakit dan koma usai mengunjungi sebuah rumah dipulau terpencil.

4. Film JAILANGKUNG (2017) ini mempunyai tagline baru untuk memanggil roh lewat boneka Jailangkung yaitu "Datang Gendong.. Pulang Bopong"

5. Film JAILANGKUNG (2017) ini menjadi Film Horror pertama yang dibintangi aktor sekelas Piala Citra yaitu Lukman Sardi.

6. Film JAILANGKUNG (2017) mengambil banyak tempat di Indonesia untuk pengambilan gambar. Diantaranya: Ciamis Jawa Barat, Purwekerto, Nusa Tenggara Barat hingga Pulau Dewata Bali.

7. Hannah Al-Rashid harus dilarikan ke rumah sakit ketika proses shooting Film JAILANGKUNG (2017) lantaran kepalanya tertimpa besi usai melakukan adegan pemanggilan roh lewat boneka Jailangkung.

8. Film JAILANGKUNG (2017) menjadi Film Horror Pertama yang "optimis" rilis pada saat moment Lebaran. Film yang dibintangi Amanda Rawles dan Jefri Nichol ini akan bersaing dengan 3 Film Indonesia lainnya yang akan rilis pada moment Lebaran 2017. Sebut saja Film SWEET 20 (2017) produksi Starvision Plus dan CJ Entertainment, Film SURAT KECIL UNTUK TUHAN (2017) produksi Falcon Pictures dan Film INSYAALLAH SAH (2017) produksi MD Pictures.


9. Film JAILANGKUNG (2017) menjadi film yang ditunggu kehadirannya lantaran disutradarai oleh dua spesialis Film Horror Indonesia yang karya nya selalu menjadi iconic yaitu Rizal Mantovani dan Jose Poernomo. Keduanya mempunyai kesamaan ciri khas dalam membuat sebuah Film Horror. Rizal Mantovani sukses menjadikan sosok setan di film horrornya menjadi iconic dan mencuri perhatian. Sebut saja Trilogi Kuntilanak (2006-2008), Mati Suri (2009), Air Terjun Pengantin (2009), Taring (2010), Jenglot (2011) Wewe (2015) dan Demona (2015). Jose Poernomo pun sama, tak hanya membuat setan dalam filmnya menjadi iconic, Jose Poernomo selalu memberikan unsur megah dan mahal ditiap filmnya. Diantaranya: Angkerbatu (2007), Pulau Hantu (2007), Rumah Kentang (2012), Samudera Hotel 308 (2013), KM97 (2013), Oo Nina Bobo (2014), Danau Hitam (2014) dan Tarot (2015).

10. Film JAILANGKUNG (2017) juga mempunyai sebuah tempat fiktif bernama Alaskeramat. Sama seperti Film JELANGKUNG (2001) yang juga mempunyai tempat fiktif bernama Angkerbatu.

11. Amanda Rawles sempat mengalami mimpi buruk beberapa hari usai melakukan adegan bersama Boneka Jailangkung. Tak hanya Amanda saja, Jefri Nichol juga merasakan pernah secara tak sadar dituntun ke kamar mayat di rumah sakit yang dijadikan tempat proses shooting.

12. Beberapa kru Film JAILANGKUNG (2017) sempat mengalami kerasukan dan hal tersebut langsung dirasakan oleh Amanda Rawles serta Jefri Nichol.

13. Hantu anak kecil di rumah sakit dalam Film JAILANGKUNG (2017) itu wujudnya hampir mirip dengan sosok penunggu Rumah Sakit tempat film ini melakukan proses shooting.

14. Rizal Mantovani dan Jose Poernomo melakukan banyak riset untuk cerita Film JAILANGKUNG (2017) ini lewat beberapa literatur kuno, primbon jawa kuno hingga buku Devine Comedy.

15. Mantra baru dalam Film JAILANGKUNG (2017) ini mempunyai makna yang tak kalah menyeramkan dengan Mantra "Datang Tak Dijemput.. Pulang Tak Diantar.." nya Film JELANGKUNG (2001).


Saksikan Film JAILANGKUNG (2017) tayang di seluruh Bioskop Indonesia mulai 25 Juni 2017.

[Review] Critical Eleven: Merasakan Indahnya Cinta, Kehidupan & Kehilangan

- Tidak ada komentar


#Description:
Title: Critical Eleven (2017)
Casts: Adinia Wirasti, Reza Rahadian, Widyawati, Slamet Rahardjo, Astrid Tiar, Hannah Alrashid, Hamish Daud, Refal Hady, Anggika Borlsterli, Revalina S. Temat, Mikha Tambayong, Aci Komik.
Director: Monty Tiwa & Robert Ronny
Studio: Starvision Plus & Legacy Pictures


#Synopsis:
Anya (Adinia Wirasti) seorang wanita karier yang sibuk dengan segala macam rutinitas pekerjaannya. Bandara menjadi semacam "rumah kedua" untuknya karena hampir setiap saat selalu melakukan penerbangan pulang pergi untuk urusan kerjaan.
Suatu hari, Anya dituntut untuk menemui klien nya di New York. Tak sengaja ia bertemu dan berkenalan dengan Ale Risjad (Reza Rahadian), sesama penumpang pesawat yang Anya tumpangi. Obrolan diantara keduanya menjadi semakin intens. Rupanya usai pertemuan itu, cerita pun terus berlanjut hingga Ale melamar dan menikah dengan Anya.

 
Usai menikah, Anya rela mengorbankan kariernya di Jakarta demi bisa menemani sang suami bekerja di New York. Ale merupakan seorang karyawan di bidang kilang minyak. Anya sangat mencintai Ale  begitu juga sebaliknya. Namun kebersamaan mereka berdua harus terpisah selama beberapa minggu lantaran Ale harus kembali bekerja ke tempat kilang minyak.
Awalnya Anya cukup merasa sedih harus ditinggal lama oleh sang suami, namun seiring berjalannya waktu, Anya mulai bisa mengontrol emosi dan perasaannya. Ia yakin, sejauh apapun jarak suaminya pergi, hati dan perasaan Anya juga Ale takkan pernah berkurang sedikitpun.
Kebahagiaan keluarga Anya dan Ale semakin lengkap usai Anya dikabarkan hamil. Ale tak menyangka istrinya itu sekarang tengah mengandung buah hati mereka. Keduanya benar-benar diberi kebahagiaan yang luar biasa. Sikap Ale pun menjadi semakin protektif pada Anya.
Untuk menjaga kehamilan istrinya, Ale memutuskan kembali ke Indonesia agar sang istri tidak merasa kesepian jika ia sedang bekerja. Awalnya Anya menolak keinginan sang suami itu, lantaran Anya sudah betah tinggal di New York. Namun karena permintaan sang suami, Anya kemudian memutuskan untuk meng-iyakan kemauan Ale.


 Kembalinya ke Indonesia membuat Ale dan Anya semakin bahagia, banyak orang-orang disekitarnya yang masih menyayangi mereka berdua. Para sahabat hingga keluarga besar Ale selalu memberikan perhatian pada Anya dan Ale.
Namun kebahagiaan keluarga kecil Anya dan Ale yang sudah dibangun itu harus rubuh. Bayi dalam kandungan Anya meninggal dunia. Keduanya dirundung duka yang amat mendalam. Sikap diantara Anya dan Ale pun makin hari makin berubah usai Ale Junior itu meninggal. Hingga diantara mereka saling menyalahkan satu sama lain atas kematian Ale Junior. 
Dengan kondisi yang terus dirundung duka, Anya dan Ale kemudian mengambil sikap masing-masing. Akankah Ale dan Anya menerima semua ini? Bisakah mereka kembali bersatu untuk melanjutkan hidup bersama sebagai pasangan suami istri?


#Review:
Salah satu Drama Film Indonesia Adaptasi Novel yang paling ditunggu tahun ini yaitu CRITICAL ELEVEN (2017) akhirnya tayang juga di Bioskop Indonesia mulai hari ini, 10 Mei 2017.
Begitu banyak alasan mengapa film ini sangat ditunggu. Diangkat dari novel laris dan mendapat respon sangat positif serta didukung oleh jajaran pemain "kelas wahid" dan juga disutradarai oleh salah satu sutradara terbaik Indonesia yaitu Monty Tiwa menjadikan Film yang ikut disutradarai juga oleh Robert Ronny ini sangat ditunggu kehadirannya.
Untuk segi cerita, Film CRITICAL ELEVEN (2017) ini memberikan alur cerita yang mudah ditebak namun jangan salah dulu. Monty Tiwa, Robert Ronny dan Jenny Jusuf mengemas perjalanan cinta Anya dan Ale begitu menyenangkan, hangat dan menyentuh emosi.
Paruh pertama film berfokus pada romantisme Anya dan Ale. Disini para sutradara dan penulis skenario memberikan gambaran romantis yang bikin ngiri! Gila cuy! Bikin pengen buru-buru nikah jadinya...... Kebahagiaan yang Anya dan Ale pancarkan begitu terasa sampe ke hati :')


Usai berbahagia, paruh kedua film masuk ke konflik utama yang intense ketegangannya terus meningkat hingga film usai. Disini Monty Tiwa sukses mengaduk-ngaduk perasaan penonton lewat adegan-adegan emosional antara Anya Ale dan orang disekitarnya. Anya dengan segala perasaannya, begitu juga dengan Ale. Dijamin bakal ikutan terbawa suasana dan emosi melihat konflik diantara Anya dan Ale. Suasana duka yang penuh emosi begitu terasa banget. Konflik yang terus memuncak dan tiada henti itulah yang paling efektif menguras emosi penonton. Ada dua sampe empat adegan yang sukses bikin gue menitikan air mata karena teringat dengan segala kenangan yang pernah dialami. Kampret! :')

Untuk jajaran pemain pun, Film CRITICAL ELEVEN (2017) ini memberikan ensemble cast "nomor wahid". Nyawa utama film ini terletak ditangan chemistry maut Adinia Wirasti dan Reza Rahadian. Mereka benar-benar seperti pasangan suami istri betulan. Tak ada rasa canggung atau apa, Adinia dan Reza begitu menjiwai memerankan Anya dan Ale. Padahal dalam kehidupan nyata, keduanya itu belum pernah menikah sama sekali. Kualitas akting Adinia dan Reza di Film CRITICAL ELEVEN (2017) dieksplor dengan amat baik oleh Monty Tiwa. Tak heran jika di musim awards tahun ini atau tahun depan, Adinia Wirasti atau Reza Rahadian pasti akan borong nominasi!
Jajaran pemain lainnya pun tampil cukup mencuri perhatian meskipun porsi mereka sangatlah terbatas. Hal ini justru cukup bagus agar fokus cerita tetap kepada Anya dan Ale.




Untuk segi visual, Film CRITICAL ELEVEN (2017) tampil baik. Music scoring, backsound serta soundtrack "Sekali Lagi" yang dinyanyikan oleh Isyana Sarasvati begitu indah menghiasi film ini.
Overall, Film CRITICAL ELEVEN (2017) ini memuaskan! Monty Tiwa menyajikan rasa bahagia, cinta, keluarga dan kehilangan penuh dengan kehangatan disini. Let's believe in love again with Anya and Ale.


[8.5/10Bintang]

[Review] Kartini: Biopik Mengesankan Sosok Emansipasi Wanita Indonesia

- Tidak ada komentar


#Description:
Title: Kartini (2017)
Casts: Dian Sastrowardoyo, Ayushita Nugraha, Acha Septriasa, Djenar Maesa Ayu, Christine Hakim, Deddy Soetomo, Reza Rahadian, Adinia Wirasti, Denny Sumargo, Dwi Sasono, Rudy Wowor, Rebecca Reijman, Hans De Kraker.
Director: Hanung Bramantyo
Studio: Legacy Pictures 


#Synopsis:
Kartini kecil (Dian Sastrowardoyo) sangat bersedih ketika sang Ibu yang bernama Ngasirah (Nova Eliza, Christine Hakim) harus "turun derajat" menjadi seorang asisten rumah tangga di tempat tinggal mereka sendiri. Hal itu terjadi lumrah lantaran sang ayah, Adipati Ario Sosrodiningrat (Deddy Sutomo) akan menjadi Bupati (golongan bangsawan) dan harus menikah lagi dengan keturunan bangsawan yaitu R.A. Moeryam (Djenar Maesa Ayu).
Keterbatasan kaum perempuan ketika beranjak remaja pada masanya membuat Kartini merasa jenuh. Ditambah lagi Kakak tertuanya yaitu Soelastri (Adinia Wirasti) kini sudah pergi bersama suaminya karena sudah menikah. Seiring dengan keterbatasan yang ia miliki beserta Roekmini (Acha Septriasa) dan Kardinah (Ayushita Nugraha), Kartini mendapat semacam angin segar yaitu mendapat koleksi buku-buku milik kakak laki-lakinya yaitu Kartono (Reza Rahadian) yang kini sedang menimba ilmu di Belanda. Dari sanalah Kartini semakin yakin untuk bisa merasakan kebebasan dalam hal apapun sebagai seorang perempuan.
Banyak orang-orang disekitarnya terutama orang pribumi yang berada di ruang lingkup keraton merasa terusik oleh sikap Kartini yang ingin mendapatkan ilmu pendidikan tinggi. Namun Kartini tidak putus asa, ia justru semakin semangat untuk mencari ilmu. Berkat gagasan serta tulisannya yang ia buat, membuat orang Belanda yang tinggal di Indonesia menjadi simpati dengan Kartini. Mereka diantaranya adalah Mrs. Wilhelmina (Rianti Cartwright), Stella Zeehandelaar (Rebecca Reijman), Governor General Willem Rooseboom (Jeroen Lezer) dan Ovink-Soer (Hans De Kraker). Virus semangat emansipasi Kartini rupanya menjangkiti kedua adiknya, Roekmini dan Kardinah. Mereka bertiga kemudian mendirikan sekolah kecil-kecilan untuk warga pribumi yang ingin belajar.
Waktu terus berlalu, semangat emansipasi Kartini harus mengalami berbagai cobaan. Baik itu konflik internal dengan keluarga maupun berbenturan dengan adat dan tradisi. Akankah Kartini sanggup menggapai cita-citanya?



#Review:
Akhirnya salah satu Film Indonesia yang paling dinanti tahun 2017 ini yaitu Film KARTINI (2017) sudah resmi dirilis di Bioskop Indonesia pada 19 April 2017 lalu.
Cukup beralasan mengapa Film KARTINI (2017) karya sutradara Hanung Bramantyo ini ditunggu-ditunggu oleh pecinta Film Indonesia. Selain faktor sutradara yang dikenal sebagai salah satu sutradara terbaik di Indonesia serta karya-karya biografi beliau tidak pernah mengecewakan, jajaran pemain di Film KARTINI (2017) ini juga sangat menjanjikan dan boleh dibilang jajaran Ensemble Cast "nomor wahid" di Industri Perfilman Indonesia.
Hanung Bramantyo mendongengkan sosok Tokoh Emansipasi Wanita Indonesia ini dibuat se-ringan mungkin. Alhasil membuat penonton jadi mudah untuk mengikuti cerita perjalanan R.A. Kartini. Ini adalah poin plus yang selalu Hanung Bramantyo berikan ditiap filmnya. Meskipun filmnya biografi tentang sosok penting di Indonesia. Hanung disini tidak 100% memberikan gambaran sosok penting yang ia filmkan itu sebagai pure-hero, serius dan sempurna. Hanung memvisualkan sosok penting itu juga manusia biasa yang tak luput dari kesalahan.



Lewat Film KARTINI (2017) juga Hanung memberikan citra R.A Kartini yang sedikit berbeda. Disini Hanung mengeksplor Kartini dengan sikap dan karakter seperti remaja perempuan kebanyakan. Hilangkanlah sejenak pikiran jika sosok R.A. Kartini yang selama ini kita ketahui itu seperti dalam buku-buku biografi atau sejarah. Hanung memberikan sentuhan sedikit sikap nge-pop (mungkin agar mudah diterima oleh kaum remaja saat ini) pada sosok Kartini ini. Hal tersebut terbukti efektif memberikan pandangan baru tentang sosok R.A. Kartini.
Film KARTINI (2017) ini juga tak hanya memberikan cerita perjalanan hidup Kartini saja, konflik-konflik Kartini dengan keluarga serta lingkungan sekitarnya sangat menarik untuk disimak. Konflik antara Kartini dengan Ibu Tirinya R.A. Moeryam, Ibu Ngasirah serta kedua adik nya yaitu Kardinah dan Roekmini sungguh menguras emosi dan air mata. Puncaknya terjadi pada paruh akhir film, dimana seluruh problem yang Kartini rasakan dieksplor dengan penuh emosi oleh Hanung Bramantyo.
Untuk jajaran pemain "nomor wahid" di Film KARTINI (2017) ini hampir 100% sempurna. Dian Sastrowardoyo begitu ekspresif memerankan sosok Kartini meskipun dibeberapa bagian gesturenya ada yang masih Dian Sastro banget. Adinia Wirasti, Reza Rahadian, Acha Septriasa, Ayushita Nugraha, Denny Sumargo dan Dwi Sasono pun tampil mengesankan namun karakter yang mereka perankan porsinya sangat terbatas.
Acungan jempol gue berikan kepada Christine Hakim dan Djenar Maesa Ayu. Keduanya memberikan performa sangat baik. Rasa sakit hati yang mereka alami dari masa lalu masing-masing sukses membentuk dua karakter yang berbeda namun tetap menguras emosi.


Untuk segi sinematografi serta musik pun, Film KARTINI (2017) ini sangat niat dan memuaskan. Hanung Bramantyo beserta team begitu jeli dan detail disetiap adegan film.
Overall, jika kamu ingin belajar sejarah tentang sosok R.A. Kartini dengan gampang dipahami, Film KARTINI (2017) karya Hanung Bramantyo ini HARUS ditonton!


[9/10Bintang]


*Tribute to my buddy-friend, Almarhum Tantan Nugraha. 
Film KARTINI (2017) ini adalah salah satu Film Indonesia yang almarhum tunggu-tunggu. Almarhum Tantan berjanji akan menonton Film KARTINI (2017) usai kita berbincang-bincang membahas film HIJAB (2015) dan film Hanung Bramantyo lainnya. Almarhum Tantan sangat mengagumi karya-karya Hanung Bramantyo. Tak peduli dengan sensasi atau kontroversi yang Hanung Bramantyo berikan. Yang pastinya karya Hanung Bramantyo akan selalu Almarhum Tantan tonton. Namun Allah SWT berkehendak lain. Tantan Nugraha jatuh sakit di pertengahan April dan meninggal dunia pada Sabtu, 29 April 2017 waktu Manila Philipina.
Sebagai salah satu teman dekatnya, gue harus menonton Film KARTINI (2017) ini demi Almarhum Tantan.
Yaallah.. Tantan.. Film KARTINI (2017) ini bagus! Kamu pasti bakalan suka juga dan sependapat sama gue. Semoga kamu bahagia ya di Surga nya Allah SWT disana amiin 😢

[Review] The Curse: Kisah Mistis Di Pinggiran Melbourne Australia

- Tidak ada komentar


#Description:
Title: THE CURSE (2017)
Casts: Prisia Nasution, Shareefa Daanish, Lia Waode, Maria Leeds, Katrini Nath, Resika Tikoalu, Shanty Whiteside, Abraham Wijaya, Ganda Marpaung, Jeffry Winata, Muhammad Yusuf.
Director: Muhammad Yusuf
Studio: Triple A Films

#Synopsis:
Shelina (Prisia Nasution) seorang WNI yang berprofesi sebagai pengacara di Melbourne Australia mendapat kasus untuk menjadi pengacara terdakwa yang bernama Salman. Terdakwa diduga membunuh istrinya yang merupakan seorang Dosen beserta pria Pengusaha yang konon menjalin hubungan terlarang dengan istrinya.
Untuk memastikan bahwa kliennya tidak bersalah, Shelina memutuskan untuk menyelidiki tempat kejadian perkara pembunuhan itu.
Ketika menyelidiki kasus itu, Shelina mulai mengalami kejadian-kejadian aneh. Ia selalu didatangi beberapa sosok misterius. 
Kejadian yang Shelina rasakan itu ia ceritakan pada teman kantornya (Lia Waode). Namun temannya itu menganggap kejadian yang dialami Shelina itu dampak stres dan tekanan dari proses perceraian yang akan Shelina dan sang suami lakukan.
Kejadian-kejadian misterius itu terus datang menghampiri Shelina setiap malam. Hingga ia memutuskan untuk meminta bantuan pada seorang paranormal dari Yogyakarta untuk membantunya mengatasi gangguan tersebut. Dan ternyata benar. Shelina mengalami terror dari kumpulan mahkluk misterius yang rupanya berasal dari kasus pembunuhan yang Shelina tangani sebelumnya yaitu dari kasus Lienn Wijaya (Shareefa Daanish).
Bisakah Shelina terbebas dari segala gangguan misterius yang ia alami dihidupnya?



#Review:
Sutradara Muhammad Yusuf akhirnya kembali merilis Film Horror terbarunya yang kali ini boleh dikatakan cukup special lantaran menjadi Film Indonesia Pertama yang bekerjasama secara resmi dengan pemerintahan Australia.
Meskipun menggunakan set lokasi 100% di wilayah pinggiran Australia tepatnya di Yarra Valley, Muhammad Yusuf tetap membawa unsur mistik Indonesia difilmnya. Intense jumpscared nya juga terjaga dengan baik meskipun kali ini porsinya cukup rutin ditebar. Beliau sudah mempunyai trade-mark dalam urusan jumpscared. Cukup diem dipojokan dan tanpa gerak gesture sudah sukses bikin merinding!
Paruh kedua film, fokus cerita mulai sedikit kabur diantara dua kasus yang dimana dua-duanya tidak memberikan kejelasan. Dan disinilah Muhammad Yusuf mulai beraksi dengan twist-nya. Kalo menurut gue sih ini cukup cerdik. Kunci twist bisa didapatkan lewat karakter paranormal asal Yogyakarta dan teman kantor Shelina yang diperankan oleh Lia Waode. Kejutan twist yang dihadirkan pun dijelaskan dengan baik dan tuntas lewat adegan yang singkat. 
Untuk jajaran pemain, Prisia Nasution, Shareefa Daanish dan Lia Waode tampil cukup apik. Meskipun ada beberapa dialog dan adegan terutama pada Prisia dan Shareefa terasa kurang tereksplor dengan matang. Ekspresi ketakutan dan horror keduanya masih nanggung banget. Padahal dua aktris tersebut sudah tidak diragukan lagi soal totalitas dalam memerankan sebuah peran. Yang sedikit agak menganggu berikutnya adalah penggunaan dialog terutama dialog dari karakter Lienn Wijaya yang dimainkan Shareefa Daanish. Gue bahkan nyeletuk dalam hati bilang "Mba Shareefa mending diem aja deh jangan ngobrol.. genggesin.." :))


Muhammad Yusuf juga disini masih belum "berani" untuk urusan kesadisan. Andai saja porsi nya bisa sedikit ditingkatkan pasti akan semakin menyenangkan Film THE CURSE (2017) ini.
Menjelang paruh akhir film, ternyata Muhammad Yusuf memberikan pesan moral yang cukup bagus. Terutama bagi para lawyer diluaran sana. Tapi jangan main santet dan kirim setan ke musuh juga sih ya! Serem juga. Eh!
Untuk segi visual, THE CURSE (2017) ini tampil jauh berlipat ganda lebih baik daripada KEMASUKAN SETAN (2013), ANGKER (2014) dan MISTERIUS (2015). Gambarnya begitu tajam dan mayoritas malah jadi terlihat seperti promosi pariwisata Yarra Valley Australia. Indah banget.
Overall, Film THE CURSE (2017) sedikit meningkat jika dibandingkan Film Muhammad Yusuf sebelumnya yaitu MISTERIUS (2015). Terus berkarya mas Yusuf! Horror anda sudah mempunyai ciri khas di Industri Perfilman Horror Indonesia. Semoga kedepannya juga materi promosi dan design poster nya semakin ditingkatkan lagi kualitasnya.


[7.5/10Bintang]

Sharing Is Caring