Cari Blog Ini

Gambar tema oleh Storman. Diberdayakan oleh Blogger.

The Space of 85 Kilometers

 


Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1438 Hijriyah. Mohon Maaf Lahir & Batin. Alhamdulillah.. Allah SWT masih memberikan kesempatan buat gue dan kita semua untuk bisa merayakan dan melewati Ramadan dan Idul Fitri tahun ini dengan penuh suka, duka dan cita. Usai lulus mengenyam bangku pendidikan di sekolah dan bekerja, Hari Raya Idul Fitri tak lagi sebagai moment yang paling membahagiakan dalam hidup gue. Dulu, selama bangku sekolah atau masa anak-anak lah tepatnya, moment akan Idul Fitri itu sangat ditunggu-tunggu. Alasannya adalah:

1. Bisa dapet uang banyak pemberian dari sanak saudara & uangnya itu masih pada baru dan wangi.

Poin nomor pertama ini mungkin berlaku untuk semua kalangan. Lebaran Idul Fitri menjadi moment terbaik untuk mendapat uang banyak secara cuma-cuma. Gue masih inget kala itu, tiap dapet uang dari sanak saudara, uang lebaran itu di keep sampai H+7 lebaran. Kenapa? Karena sayang.. Uangnya masih baru dan wangi.. Haha.. Tapi tetep sih kesananya pasti abis dijajanin juga :')

2. Bisa pamer baju lebaran.

Lebaran Idul Fitri pasti identik dengan pakaian serba baru. Dari ujung rambut sampai ujung kaki semuanya berasa diwajibkan kudu baru pada waktu itu. Memakai baju baru lebaran menjadi sensasi tersendiri. Kita merasa sangat bahagia memakainya karena perjuangan berburu baju lebaran kesana kemari selama Ramadan, antri berjam-jam di tempat kasir hingga panas-panasan nyoba satu persatu toko atau mall semuanya terbayar sudah ketika Lebaran Idul Fitri telah tiba.

3. Makan hidangan khas lebaran buatan keluarga tersayang.

Usai 30 hari menjalani ibadah Puasa di Bulan Ramadan, rasanya pada saat moment Lebaran Idul Fitri, hidangan khas lebaran itu wajib untuk dimakan. Keluarga dirumah bahkan menyiapkan hidangan khas lebaran ini H-2 bahkan H-1 sampai subuh sebelum Sholat Ied. Menu favorit lebaran di hampir banyak keluarga mayoritas adalah Ketupat, Opor Ayam, Sambel Goreng Kentang, Rendang Sapi, Cabe Besengek, Kerupuk Udang, dan Acar. Hidangan tersebut begitu terasa enak dimakan bareng dengan keluarga besar yang secara tidak sadar lama kelamaan panas dalam, sariawan dan bibir pecah-pecah. :))

4. Bertemu dengan saudara-saudara jauh.

Poin keempat ini yang paling ditunggu berikutnya. Kita bisa berjumpa dengan saudara-saudara kita yang selama ini terpisah oleh jarak. Moment Lebaran Idul Fitri menjadi salah satu moment yang paling pas untuk berkumpul setelah lama berpisah. Akan banyak hal seru ketika bertemu dengan saudara-saudara kita. Kita bisa bermain sepuasnya. Gratis juga kan ditanggung sama saudara :))

5. Saling memaafkan dengan orang-orang disekitar.

Moment saling memaafkan menjadi moment paling bikin nangis dalam hati. Jarang-jarang gue dan adik-adik minta maaf secara langsung ke orangtua dan keluarga. Cuma moment Lebaran Idul Fitri aja gue dan adik-adik ngomong "Mah.. Pak.. Mohon Maaf Lahir Batin yaa.." sambil salim dan nangis dalam hati :')

6. Ziarah ke makam keluarga atau teman yang sudah tiada.

Berziarah merupakan sudah menjadi tradisi umat Islam ketika Lebaran Idul Fitri. Hal itu semacam reminder bagi kita semua yang masih hidup untuk terus mengingat keluarga atau teman yang sudah mendahului kita ke SurgaNya Allah SWT dan juga sebagai pengingat juga bahwa kita suatu saat pasti akan sama seperti mereka. Gue merasakan rasa sedih sekaligus kangen dengan keluarga atau kerabat yang telah meninggal ketika berziarah ketika keluarga dan sanak saudara melantunkan ayat-ayat doa dipusara makam.

6 Poin diatas menjadi hal yang paling ditunggu-tunggu ketika moment Lebaran Idul Fitri. Tapi semenjak gue lulus sekolah, bekerja dan kini belajar hidup mandiri, gue merasa beberapa poin diatas satu persatu mulai menghilang. Lima tahun belakangan ini, gue selalu merayakan Libur Lebaran Idul Fitri di tempat kerja. 1 Tahun di Departement Store, 4 Tahun di Restoran Cepat Saji dan tahun ini merayakan moment Lebaran Idul Fitri kali ini dengan bekerja dan tinggal jauh dari keluarga.
Ketika gema takbir berkumandang gue cuma bisa nyesek dalam hati karena melewati malam takbir harus bekerja sampe malem dan pastinya jauh dari keluarga, orangtua dan saudara. Puncaknya adalah ketika Hari Raya Lebaran Idul Fitri tiba. Gue Sholat Ied di lingkungan baru, tanpa ada keluarga, saudara ataupun kerabat yang dikenal. Nyesek cuy pengen pulang bawaannya.
Tapi balik lagi, gue langsung berfikir inilah resiko bekerja bukan di perbankan atau kantoran. Resiko tetap bekerja di Hari Raya Idul Fitri di industri perhotelan, wisata dan restaurant ini mau tak mau harus dijalankan. Untungnya teman-teman yang ikut incharge pada saat Hari Raya Idul Fitri ikut #bersimPATI merayakan Hari Raya Idul Fitri bersama-sama meskipun dirayakan di tempat bekerja.

0 on: "The Space of 85 Kilometers"

Sharing Is Caring